"Lo gimana, sih?! Bisa-bisanya lo nyerang sebelum gue suruh?!" bentak Yoga pada pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya.
"So-Sorri bos. Gue udah kesel banget sama si culun itu. Soalnya dia ngaduin gue—"
"Gue gak mau denger alesan lo," potong Yoga sampil menempelkan jari telunjuknya ke dada Eza. "Lo salah udah mukul Andi tiba-tiba dan tindakan lo udah kerekam CCTV. Lo gak usah kasih gue alesan a, b, c, d. Pokoknya lo salah."
Erik menunduk. "Iya, sori."
"Untungnya Wigun sama Deni sekelas sama lo dan sempet tahan lo," ucap Yoga sambil melirik dua pemuda di samping Erik itu.
Wigun tersenyum bangga. "Kalo gak ada gue, udah pasti habis kita. Erik emang bego banget kalo masalah kendali emosi."
"Bacot lo!" hardik Erik.
"Emang kenyataannya gitu, kan?" balas Wigun sambil tersenyum miring.
"Lo emang bego. Gak ada bantahan," timpal Yoga sebelum Erik sempat buka suara. Ia mengeluarkan selembar uang 50 ribu dan ia berikan pada Wigun. "Hadiah apresiasi gue. Lu bagi dua sama Deni."