"Bangun."
Satu kata itulah yang Alle dengar tatkala sebuah tamparan kecil mendarat di pipinya.
Alle melenguh, badannya bergerak-gerak kecil merasa tak nyaman sebab tidurnya terganggu.
Kendati demikian, tak lama setelah itu Alle membuka kedua matanya yang masih terasa berat, sulit untuk dibuka bak kelopak matanya diberi lem perekat yang paling lengket yang pernah ada di muka bumi ini.
Alle tidak tahu ia tidur berapa lama. Akan tetapi, saat Alle melihat langit di luar sana, langit pun masih tampak sama seperti sebelumnya. Masih terang benderang dengan warna jingga samar-samar terlukis di sana.
"Apa kita sudah sampai?" tanya Alle kemudian.
Zee sudah berdiri di luar mobil atau lebih tepatnya di samping pintu mobil di sisi Alle yang terbuka lebar.
"Cepat bangun dan keluar," perintah Zee lagi.
Alle tak bergeming di tempatnya. Ia masih berusaha untuk meraih kepingan-kepingan nyawa yang beterbangan di udara.
"Tunggu sebentar. Kepalaku terasa sedikit pusing," tukas Alle jujur.