Dear Earl Matson,
Saya James Von Alvord, ingin memperkenalkan diri saya sebagai tunangan dari putri anda lady Helena Matson. Dengan segenap kerendahan hati saya ingin meminta maaf karena telah melakukan hal seharusnya belum boleh saya lakukan. Tanpa sepengatahuan anda saya sudah menjalin hubungan yang sangat serius dengan putri tertua anda, Lady Helena Matson. Saya tidak memiliki niat buruk apapun atas kelancangan saya ini tetapi saya harap anda dapat mengerti gejolak jiwa muda diantara saya dan lady Helena. Hal yang seharusnya saya lakukan sebelum melamar putri anda adalah meminta ijin kepada anda tetapi saya menyadari bahwa anda sedang berada di belahan dunia lain bersama istri anda, Countess Matson. Saya mengerti akan pentingnya ekspedisi yang anda lakukan saat ini sangat penting sehingga saya tidak ingin merusak segala rencana anda dan membuat anda kembali ke London hanya karena saya ingin bertemu anda. Saya tau ini kiranya tidak sopan meminta putri anda untuk menjadi Duchess Alvord melalui surat sehingga saya mohon anda untuk dapat menyikapi ini dengan sebijak mungkin. Tidak ada sedikit niat apapun dari saya untuk merendahkan harkat dan martabat anda sebagai ayah dari Lady Helena Matson. Saya mengerti akan pentingnya restu dari seorang ayah tetapi dengan kondisi yang sedang tidak memungkinkan bagi kita berdua bertemu dalam waktu yang singkat saya rasa melalui surat ini sudah cukup jelas apa yang saya maksudkan. Bersamaan dengan surat ini saya juga ingin memberitahu anda bahwa saya telah melamar putri anda di rumah keluarga Alvord. Putri anda dengan senang hati menerima lamaran tersebut. Kami berdua belum membicarakan kapan pernikahan akan diadakan tetapi kemungkinan besar saya akan membuat kejutaan pernikahan untuk putri anda. Saya akan meminta ijin pada raja untuk melangsungkan sesegera mungkin sebelum musim ini berakhir. Saya berjanji untuk menjaga dan merawat putri anda sebaik mungkin sebagai istri saya. Saya juga berjanji untuk membantu Lizzie, putri kedua anda mendapatkan pasangan yang sesuai. Seorang pria baik dan bermartabat. Saya akan membantu mencari tutor untuk si kembar. Sebagai seorang manusia saya tidak dapat menjanjikan hal yang berada diluar kemampuan saya. Saya berharap anda dapat hadir dipernikahan kami tetapi saya tidak akan memaksakan hal tersebut. Sekiranya ada salah kata dalam surat ini saya mohon maaf sebesar-besarnya.
Dengan penuh hormat ,
James Von Alvord.
***
Ini adalah hari ketiga Helena berada dikediaman keluarga Alvord. Pagi ini Helena nampak berbeda karena senyumnya lebih merekah dari biasanya. Ia masih tidak percaya bahwa pada akhirnya dia akan segera menikah. Kejadian 10 tahun lalu membuat dirinya kehilangan harapan untuk dapat menikah. stigma masyarakat akan hinanya seseorang wanita yang sudah tidak perawan dan belum menikah dikalangan bangsawan sangat kuat. Stragis memang, 10 tahun terakhir dihabiskan dengan mengurung diri dibalik semua gaun jelek dengan perpaduan topi-topi buruk. Bahkan ia tidak sempat menikmati indahnya masa muda.
Helena duduk didepan cermin sembari menyisir rambutnya. Ia terlihat berbeda, wajahnya terlihat lebih cantik dari biasanya. "Hi, sayang". celetuk James yang tetiba datang dan segera memeluk mesra Helena dari belakang.
"James, sepertinya aku harus pulang hari ini karena bibi Cambrige pasti akan khawatir. Saya sudah pergi 3 hari sejak pesta yang anda adakan".
"Tidak sayang, sekarang ini adalah rumahmu".
"Tapi saya baru tunangan anda , saya belum resmi menjadi Duchess Alvord ?".
"Saya sudah menulis surat untuk ayah anda, saya sudah secara resmi meminta anda dari Earl Matson jadi tidak ada lagi yang menghalangi saya untuk menahan anda tetap disini"
"Tidak mungkin, bagaimana bisa anda merencanakan semua itu dengan secepat itu ?".
"Itu mudah, sayang".
"Sepertinya anda memiliki banyak rencana dari pada apa yang saya pikirkan".
"Emm.. bisa jadi".
"Okay, saya penasaran sekarang kenapa anda ingin menyembunyikan semua rencana-rencana itu dari saya ?".
James tersenyum lalu mengecup leher Helena. "Karena saya tidak ingin membuat anda melarikan diri dari saya sesegera mungkin saat anda tau semua rencana saya".
"Apa yang sebenarnya anda rencanakan ?". Helena sesegera mungkin membalikkan badannya menghadap James.
Lelaki itu tersenyum dan menaikkan alisnya. "Aku tidak ingin kehilangan permata yang indah di depan mataku ini". James kembali mendaratkan ciuman di kening Helena.
Gadis itu terlihat kesal. Ia mendengus dan berkata "Apa salahnya memberitahuku sebuah petunjuk , aku akan terus mengawasimu tuan !". Helena kembali memberikan tatapan sinis sembari membentuk bibirnya seperti simpul.
"Hahaha kau semakin telihat imut saat sedang kesal ! pantas saja saya senang mengerjai dirimu". James terkekeh.
"Saya tidak sedang bercanda tuan muda ! Ini bukan lelucon yang dapat anda gunakan setiap saat ! . Gadis itu memalingkan wajahnya.
James mencubit pipi Helena. "Hish bawel ! bersiaplah kita akan pergi mengunjungi bibi saya untuk memperkenalkanmu secara resmi kepada keluarga besar Alvord".
"Apaa? kenapa anda baru mengatakan ini secara tiba-tiba ? Saya bahkan tidak punya gaun untuk ganti baju . Saya tidak mungkin mengenakan gaun saya yang sudah saya kenakan 2 hari terakhir !"
"Tenang saja, aku sudah menyiapkan gaun untukmu di dalam lemari pakaianku". ucap James.
"Bagaimana bisa anda tau ukuran gaun untuk saya ?". Helena menyipitkan matanya menatap James curiga.
James berjalan mundur keluar dari kamar sembari memberikan gerakan meremas yang diarahkan pada Helena. "Karena aku pemilik tubuh indahmu sayang !".
"JAAAMMEESSS !". Ucap Helena sembari melempar sisir kearah James.
***
Sementara, itu Henry akan menjadi tutor baru untuk kedua adik kembar Helena meskipun pada awalnya Henry menolak secara tegas ide konyol yang diberikan James tersebut tapi pada akhirnya ia harus menyetujuinya.
James perlu mengajukan itu dengan sedikit paksaan. Paksaan itu berupa games kartu dimana James dan Henry harus bermain sebanyak 3 ronde. Diakhir ronde mereka harus menjumlah semua score yang diperoleh masing-masing. James tercatat dengan 2 kali kemenangan sedangkan Henry hanya memperoleh 1 kali kemenangan. Dengan berat hati Henry menerima kekalahannya. "Baik, saya mengakui kelalahan saya".
"Ohh ya, sudah selayaknya seorang gentleman mengakui kekalahannya". James tersenyum jahat.
"Tapi mengapa harus saya yang menjadi tutor dari keluarga Matson , saya bukan seorang pendidik, saya seorang yang handal dalam taktik perdagangan maupun berperang. saya tidak punya pengalaman mengasuh anak umur 10 tahun".
"Pada saat ini saya tidak bisa mempercayai orang lain selain kau Henry". Jelas James.
"Apakah ada masalah yang terjadi ?".
"Saya tidak dapat menjelaskan secara rinci pada anda karena ini menyangkut Lady Helena Matson dan martabatnya".
"Sepertinya masalah yang cukup serius"
"Iya ini memang serius"
"Kapan aku harus datang sebagai tutor bagi kedua bocah kembar itu ?".
"Minggu depan, 2 kali seminggu setiap hari senin dan Rabu".
"Kau gila James ! aku harus ke parlemen setiap hari rabu"
"Baiklah, kau dapat datang hari Kamis".