1 Januari 2022
"SIALL !" .
Helena menghela nafas dalam . Gadis itu merasa sangat malu kali ini saat membuka matanya. Dirinya menyadari bahwa dia masih berada di kamar James saat ini. Tangan gadis itu dengan cepat menarik selimut hingga menutup seluruh wajahnya dengan sedikit kesal ia bergumam. "Bodoh.. apa yang telah aku lakukan, aku memang tidak pandai menyembunyikan perasaanku, ahh dasar bodoh kau Helena".
"Siapa yang bodoh ?". Dengan suara berat dan dalam James perlahan membuka matanya.
"AAAGGGHHHHH..... !!". Helena segera melompat keluar dari ranjang setelah melihat James yang sedang berbaring disampingnya sambil bertelanjang dada.
"Mengapa kau sangat berisik sekali dipagi hari seperti ini ? aku bukan hantu jadi tenanglah !".
"APAA ! bagaimana bisa aku berada disini ?". Helena semakin terkejut. gadis itu masih memegang selimut untuk menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai bajupun.
"Bagaimana bisa kau berada dikamarku ?".
James mendengus. "Ini kamarku !". Pria itu kembali menutup matanya dan memalingkan badan.
"AGGHH.. bagaimana bisa aku berada disini ? Dimana pakaianku ?". Helena masih memegang erat satu-satunya kain yang membungkus badannya tersebut. Ia semakin panik.
"Jangan rewel, ini masih pagi tidak bisakah kau sedikit tenang , aku ingin tidur lebih lama lagi ". Ucap James
"Bagaiamana aku bisa tenang saat ini ? Setelah apa yang aku lakukan kemarin malam dan sekarang aku kesulitan mencari pakaianku , apakah semua ini wajah ?". Helena semakin panik mencari bajunya.
James membalikkan tubuhnya menghadap Helena. "Apa yang sebenarnya kau khawatirkan ?". tatapan James kini berubah menjadi tajam.
"Emmm ... an.. emm". Gadis itu sekita menjadi gagu.
James menghela nafas. Dia segera bangkit dari ranjang dan berjalan mendekati Helena. "Kau terkadang seperti anak kecil !". James mengelus kepala Helena lalu berlalu pergi meninggalkan gadis itu sendirian.
"Bodoh .. bagaimana bisa aku terjebak disini semalaman dengan James .. ahhh sial sepertinya tubuhku mengkhianati tubuhku !". Gadis itu segera mencari pakaiannya.
***
Sementara itu bel di rumah James terbunyi. "Siapa yang bertamu sepagi ini kerumahku !". umpat James sembari membuka pintu.
"James, dimana kau menyembunyikan Helena !".
"Kau datang sepagi ini hanya untuk mencari gadis itu? kini aku tau kau bukan hanya sekedar sahabatnya tapi kau menyukainya !".
"Itu memang benar, jika tidak ada kau mungkin aku akam segera menikahinya !".
"Simpan saja semua khayalanmu itu, dia lebih memilihku Ben !".
"Bagaimana kau tau bahwa dia memilihmu ?".
"Kau akan segera tau sendiri nanti !".
Ben menerobos masuk kedalam rumah James secara paksa. Pria itu segera mencari Helena disetiap ruangan.
"Helena ... !".
"Helena... !"
"Helena...".
Helena yang baru saja selesai mengenakan pakaiannya dengan cepat segera keluar dari kamar James. Gadis itu segera berlari menuruni anak tangga.
"Ternyata kau disini !". Ucap Ben yang melihat dengan pakaian yang sama dengan kemarin malam saat berada di pesta. " Kau tidak apa-apa bukan ?". sambung pria itu . Ben membolak-balikan tubuh Helena sembari melihatnya dengan seksama. "Apakah ada yang terluka ?".
"Kau harus mandi , semalam kau berdarah". Sela James.
Ben segera tersulut emosi. Ia berjalan cepat menuju James yang berdiri tidak jauh dari mereka berdua. "Apa maksudmu !".
"Seperti apa yang seharusnya terjadi !".
"Hey kau keparat jaga ucapanmu jika tidak akan kubuat rahangmu bengkok !".
Aksi saling dorong terjadi diantara James dan Ben. Mereka saling beradu argumen tentang siapa yang benar . Ben masih cukup yakin bahwa tidak ada yang terjadi selain ciuman yang tidak sengaja dipertontonkan pada video call kemarin malam sedangkan James berusaha menjelakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kau keparat ! aku tidak akan percaya apa yang kau ucapkan ".
"Aku sudah berulang kali berkata padamu jika Helena memiliki rasa padamu, dia tidak mungkin menunda hingga selama ini untuk menjadikannya pasangannya !".
"Setidaknya dia tidak akan bercinta denganmu jika kau tidak menjebaknya !".
"Omong kosong, dia tidak menolakku bahkan dia menerima setiap ciuman yang aku berikan !".
"Aku lebih mengenalnya !".
"Kau mungkin sahabatnya tapi ingat satu hal , tubuhnya, hatinya tidak pernah memiliki rasa padamu itu sudah terbukti saat kau mencoba menciumnya dan dia segara sadar menolak itu !".
"CUKUPPP !!! Kalian berdua jangan berkelahi, aku ingin pulang , aku cukup lelah biarkan aku menikmati waktu liburku dengan tenang kali ini !".
"AKU ANTAR !" ucap James dan Ben secara bersamaan.
"Tidak, aku akan pulang sendiri menggunakan taxi !". ucap Helena sembari berlalu pergi.
"Akan aku antar !". ucap James.
"Hey Brengsek, pakai bajumu biar aku saja yang menghantar Helena!". Potong Ben.
"AGHHHH... CUKUP ! KALIAN BERDUA TETAP BERADA DISINI , AKU INGIN PULANG SENDIRI , AKU BUTUH KETENANGAN ... JANGAN ADA YANG BERANI UNTUK MENGIKUTIKU TERUTAMA KAU JAMES ! . Ucap Helena sebelum membanting pintu rumah James dengan kuat.
Gadis itu berjalan pergi meninggalkan rumah James sembari menghela nafas berkali-kali.
"Ada apa dengan kedua pria itu !". Helena berlalu pergi.
"Lihat perbuatanmu dia pergi !". Ucap Ben sembari melepas cengkraman tangan James dari kerah bajunya.
"itu bukan 100% kesalahanku !". Jawab James cepat sembari menaikkan satu alisnya. "Tapi berhubung kau disini mari kita selesaikan ini dengan cara apa yang biasanya pria lakukan". James berjalan menuju sofa dan segera duduk disana. "Please, have a sit !". James menengadahkan tangan menandakan untuk Ben duduk di sofa yang bersebrangan dengan James.
Ben mendengus, wajahnya nampak merah padam, dan tanganya sedang sibuk merapikan bajunya. "Aku tidak mengeti apa sebenarnya maksudmu !".
Dengan mengambil nafas dalam James berusaha mengatakan tujuannya dengan intonasi yang sangat lembut tetapi tetap terdengar maskulin. "Kau pria dan aku pria pasti kau sudah dapat menebak apa yang terjadi diantara aku dan Helena kemarin malam".
"BRAKKK"
Ben memukul meja dengan sangat keras. "Jangan berusaha membuatku marah, Helena bukan gadis seperti itu".
James sekejap memejamkan matanya sembari menarik nafas dalam. "Aku mencoba mengatakan apa yang terjadi padamu dengan sebenarnya tapi kau terus menolak kenyataan itu".
Ben sontak dan berdiri sembari menunjukkan jari telunjuknya ke arah James. " Jaga ucapanmu keparat ! aku mengenal Helena sejak kami masih berada ditaman kanak-kanak jadi jaga cara biacaramu tentang gadis itu !".
James mengehela nafas kuas. "Tuan dapat kita lanjutkan pembicaraan ini ?".
Dengan tangan mengepal disamping saku celananya, Ben kembali duduk disofa.
"Dapat saya lanjutkan sekarang?". Ucap James setelah melihat Ben kembali duduk di sofa.
Tanpa ada sepatah katapun Ben hanya mengangkat dagunya pertanda dirinya menyetujui ide James.
"Aku tidak perlu menjelaskan secara detail apa yang terjadi di antara Helena dengan diriku. Pada intinya aku tidak memaksa gadis itu untuk melakukan apa yang terjadi kemarin malam, aku tidak akan seberani itu jika aki tidak menangkap sinyal yang diberikan Helena padaku". ucap James.
"Sinyal apa maksudmu ?". sahut Ben
"Gadis itu menyukaiku dan... ".
"Hah tidak mungkin !". Potong Ben.
James tersenyum getir. "Ya, kau pasti menolak kenyataan itu tapi ingat satu hal jika kau tidak mundur untuk mencoba menjadi kekasih Helena, kau harus menyiapkan diri untuk menerima penolakan darinya".
"Bagaimana bisa kau sangat percaya diri ?". Ben mendengus.
"Aku pemenangnya jadi untuk apa aku tidak percaya diri ! mari bersaing secara sehat dan lihat siapa yang akan dipilih Helena untuk menjadi kekasihnya !". pungkas James.