Chapter 34 - Ayah dari Anakmu

Ujung jari Christian terasa sedikit kasar di kulit Ella saat mengoleskan obat ke tubuh Ella yang mulus.

Hati Ella terasa bergetar saat merasakan kehangatan yang sudah lima tahun tidak ia rasakan.

Sudah sangat lama ia tidak merasakan hal seperti ini …

Ella memandang jari-jari Christian dengan tatapan menerawang. Namun, tiba-tiba saja ada rasa sakit dari tangannya. Christian menggenggam tangannya dengan cukup erat, seolah ingin menyadarkannya dari lamunan.

Ella mendongak dan memandang Christian dengan tatapan keheranan.

"Siapa yang kamu pikirkan?"

Christian memandang Ella dengan marah, tidak suka saat melihat Ella memikirkan hal lain di hadapannya.

"Aku memikirkan tentangmu."

Saat mengatakan hal ini, Ella mendekat dan memegang pundak Christian. Postur mereka saat ini benar-benar berbahaya, terutama karena saat ini masih jam kerja.

Ella berbisik pelan di telinga Christian. "Aku memikirkan mengenai kamu yang sangat baik padaku dan bagaimana aku harus membalasmu."

Christian tampan tertarik dengan kata-kata Ella. "Coba pikirkan bagaimana cara membalasku …"

Ella mengangguk dengan patuh meski apa yang ia katakan pada Christian sebelumnya hanyalah mulut manis belaka. Melihat sikap Ella yang penurut, Christian tidak bisa menahan diri untuk mencium bibirnya.

Setelah itu, ia menyandarkan tubuh Ella di pelukannya sambil mulai mengerjakan semua dokumen yang berserakan di atas meja.

Kecepatan kerjanya sangat tinggi. Secara rata-rata, ia bisa membaca satu lembar dalam satu menit saja dan ia bisa mencatat tiap kekurangan dari dokumen-dokumen tersebut.

Ella menyaksikan semua itu sambil diam. Sepertinya, bekerja di dunia bisnis tidak semudah yang dibayangkan.

Perlahan-lahan, ia mengalihkan pandangannya ke wajah Christian.

Selama hidupnya, tidak pernah ia bertemu dengan pria seperti Christian, baik dari penampilan atau pun temperamennya.

Saat Christian menyadari tatapan Ella, sudut bibirnya sedikit melengkung. Ia tidak ingin menghentikan pekerjaannya tetapi tatapan Ella membuatnya teralihkan.

Akhirnya, ia memegang dagu Ella dengan lembut. "Apakah kamu suka dengan yang kamu lihat?"

"Hmm …" Ella mengangguk dengan jujur.

Christian hanya mengangkat alisnya tanpa mengatakan apa pun.

Mereka bertiga saling berpandangan cukup lama. Tetapi pada akhirnya tetap Ella yang kalah. Pipinya akhirnya menyerah dan menunjukkan rona merah, membuatnya mengalihkan pandangan.

"Jangan melihatku seperti itu. Aku malu," Ella memeluk pinggang Christian dan menguburkan wajahnya di jas Christian.

Christian melepaskannya dan memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya. Namun, ia tidak bisa fokus seperti biasanya.

Ella yang berada di pelukannya seperti magnet yang terus menerus menarik perhatiannya. Yang lebih parahnya lagi, saat ini Ella sedang memain-mainkan kancing bajunya.

Tangan lembut itu mengutak-atik kancingnya dengan sembarangan, membuat Christian semakin tergoda.

"Kamu sengaja melakukannya?" suara Christian terdengar rendah. Ia tidak berusaha untuk menutupi gairahnya.

"Aku bosan."

Ella mengedipkan matanya pada Christian dan bibirnya sedikit cemberut seperti sedang merajuk. Saat Christian balas memandangnya, Ella langsung mengecup bibir tipis Christian.

Pria itu mengambil inisiatif untuk memperdalam ciuman tersebut.

Setelah ciuman itu berakhir, Ella bersandar di pelukan Christian dengan wajah merona dan napas terengah-engah.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Kalau ia adalah saingannya, apakah yang akan wanita itu lakukan?

Pria seperti Christian tidak akan suka kalau wanita terlalu banyak bertanya.

Saat Ella tenggelam dalam pikirannya yang bercapur aduk, Christian mengangkat tangannya untuk mengelus rambut Ella yang lembut.

Sentuhan yang lembut itu membuat Ella mendongak. Hidung dan matanya terasa pedas saat ia berusaha untuk menahan air matanya.

Selama ia bersama dengan Haikal, pria itu selalu memperlakukannya dengan lembut, sama seperti Christian saat ini.

Ia ingin menangis, bukan karena ia merindukan Haikal. Tetapi karena ia menyesali betapa bodohnya dia.

Ia menyesal mengapa ia begitu bodoh hingga dipermainkan oleh orang-orang tersebut.

Dan hingga sekarang, ia masih belum bisa menemukan anaknya. Ia tidak tahu bagaimana kehidupan anaknya. Apakah ia berkecukupan, atau kelaparan?

Christian memandang wajah cantik di pelukannya dan tiba-tiba teringat bahwa ia pernah memiliki seorang pria sebelumnya.

Apakah pria itu yang sedang ada di pikirannya saat ini?

Christian memegang dagu Ella dan memaksanya untuk memandangnya sekali lagi.

"Siapa pria itu?"

Christian baru saja menyadari bahwa ia benar-benar cemburu pada pria itu!

Cemburu karena pria itu menemukan Ella lebih awal dari pada dirinya?

Ini pertama kalinya ia ingin membunuh seseorang karena wanita.

Ella tidak memahami apa yang ditanyakan oleh Christian. Mengapa Christian tiba-tiba bertanya mengenai pria?

Akhirnya, ia bertanya dengan bingung. "Pria apa?"

Setelah ia keluar dari rumah sakit jiwa, Christian adalah pria pertama yang bersama dengannya.

Wajah Christian terlihat semakin muram. "Pria yang merupakan ayah dari anakmu."

Christian sudah menyelidiki mengenai Ella, tetapi kejadian yang terjadi lima tahun lalu itu sengaja dihapus oleh seseorang. Sehingga akhirnya, Christian tidak mencari tahu lebih dalam.

Bagaimana pun juga, saat itu, belum terpikir di benak Ella kalau wanita itu bisa membuatnya merasa begitu tertarik.

"Anak … Ayah dari anakku…"

Ella bergumam dengan suara pelan dan kemudian menggelengkan kepalanya dengan tatapan menerawang. "Aku tidak tahu. Aku tidak tahu siapa anak itu dan di mana ia sekarang. Aku juga tidak tahu siapa ayahnya."

Suaranya terdengar pelan, tetapi suara pelan itu menunjukkan ketulusan. Christian tahu bahwa Ella tidak berbohong.

Ella sudah melahirkan anak dari pria lain, itu bukanlah rahasia. Awalnya, Ella ingin menyembunyikannya dari Christian karena takut Christian akan merasa jijik padanya.

Tetapi percuma menyembunyikan sesuatu dari Christian.

Dan Christian pun tidak peduli meski sudah mengetahui mengenai masa lalunya itu.

Namun sekarang, tiba-tiba saja Christian membicarakan masalah ini dan membuat Ella merasa gugup.

Apakah Christian keberatan dengan masa lalunya? Apakah ia berniat meninggalkannya?

Tetapi apa yang bisa Ella lakukan?

Kejadian itu bukanlah pilihannya. Itu bukan keputusannya dan keinginannya.

Kejadian itu bisa terjadi karena orang-orang yang mempermainkannya, orang-orang yang sengaja ingin menghancurkan hidupnya …

"Tidak tahu." Christian mencibir, "Sudah lewat lima tahun, tetapi kamu masih mau melindunginya?"

"Kalau aku menemukan pria itu, aku tidak akan melepaskannya begitu saja," kebencian terpancar di mata Ella. Tangannya terkepal dengan begitu erat hingga bekas kuku yang dalam muncul di telapak tangannya. "Tetapi sebelum itu terjadi, aku akan membuat orang-orang yang menjebakku itu menderita."

Haikal, Indri, Merry …

Ketiga orang itu … Ella akan selalu mengingat penderitaan yang mereka bertiga tanamkan dalam hidup Ella.

Penderitaan yang seumur hidupnya tidak akan pernah Ella lupakan.

Penderitaan yang membuat Isabella yang dulu sudah mati.

Penderitaan yang membuat Ella terlahir baru.

Cepat atau lambat, mereka semua akan merasakan penderitaan itu, seratus kali lipat lebih besar dibandingkan penderitaan yang ia rasakan.

"Aku juga," kata Christian secara tiba-tiba.

Ella menoleh dan mengangkat alisnya saat mendengar dua kata itu. Apakah itu artinya Christian berniat untuk membantunya?

"Aku akan mengingat janjimu itu."