Chereads / MY QUEEN (Bahasa Indonesia) / Chapter 28 - Wanita dengan Hati Lembut

Chapter 28 - Wanita dengan Hati Lembut

"Yang Mulia, adakah yang menyakiti hati, Yang Mulia?" perkataan para pelayan tercetus.

Evelyn buru-buru menghapuskan air matanya. Ia tak ingin dianggap aneh oleh mereka. Bagaimana pun, pemandangan Ratu yang tersentuh karena hal remeh ini cukup lucu.

"Kalau begitu, kenapa Ratu Jennifer menangis?" tanya mereka semua kepada Evelyn.

Evelyn tersenyum pelan, "Tidak. Aku hanya sangat terharu. Mereka menyambutku dengan sepenuh hati. Ini … hal yang menyentuh."

Para pelayan cukup kaget dengan jawaban ratu. Mereka tahu bahwa ratu mereka adalah orang biasa, dari rakyat jelata dalam golongan menengah. Bukan duchess ataupun ratu dari negeri lain.

Raja Archer pernah mengatakan kalau Ratu Jennifer memiliki hati yang lembut. Tak mengherankan raja tampan itu telah jatuh hati pada pandangan pertama.

Ungkapan ratu barusan membuat mereka menyadari, kalau ratu memanglah pribadi yang menyenangkan dan lemah lembut.

Perjalanan yang terbilang cepat itu akhirnya mengantar Evelyn pada Sang Raja. Mereka menyusul dengan sangat cepat.

Raja Archer semula tengah memeriksa beberapa orang di hadapannya. Meski tak melakukan kontak langsung, Raja bertanggungjawab untuk menanggulangi wabah yang sudah menyebarluas di tempat mereka.

Kini, Raja Archer menemukan keributan. Banyak sekali warga yang berkumpul dan berkasak kusuk di luar.

Tentu saja Raja Archer penasaran. Ia ikut keluar dan menyaksikan seksama situasi yang terjadi.

Matanya melotot saat dia melihat kereta kencana itu pun tak bisa tinggal diam.

"Jennifer?" Raja Archer tersentak kaget melihat wanita yang dicintainya sepenuh hati itu. Perempuan itu turun dari kereta kuda dengan gaun berwarna hijau muda yang cerah dan memukau.

"Kenapa kau di sini?" tanya Raja Archer terhenyak tak menyangka.

"Aku harus ikut serta dalam penyembuhan wabah ini, Raja." balas Evelyn.

Dia tidak mau mati bosan di istana besar itu!

"Mengapa harus ikut?" tanyanya sambil berkacak pinggang. Langkah kaki Sang Raja disusul prajurit menuju kereta kencana yang ditempati Ratu Jennifer ini.

Senyum manis pun ditunjukkan Sang Ratu. Ini adalah taktik agar Raja Archer tidak langsung marah saat melihat kedatangannya.

"Jennifer, tak ada yang bisa kau lakukan di sini. Kembalilah ke istana. Tempat ini terlalu berbahaya untukmu." Raja Archer sungguh ingin Jennifer tak berada di sini. Ia ingin wanitanya itu dalam keadaan yang aman lagi nyaman.

Namun, tangan Sang Raja ditepis oleh Evelyn. Ia menggelengkan kepalanya dengan tegas.

"Tidak, aku akan melakukan sesuatu untuk warga. Mana bisa seorang Ratu hanya duduk diam saja di dalam istana sedangkan para warga—"

"Tuan Barron harus menjelaskan tentang semua ini."

"Tidak! Tuan Barron tidak bersalah. Aku yang memintanya untuk—" Evelyn berhenti sesaat. Ini jelas bukan saatnya untuk itu. Ada hal lain yang perlu segera mereka lakukan. "Daripada mengurusi ijin ini dan itu, ayo kita temukan apa penyebab semua ini."

"Tidak akan kuijinkan kamu bersentuhan langsung dengan warga. Kita tidak akan tahu penyakit apa yang bisa ditularkan oleh mereka."

Itu sakit—sangat sakit saat mendengar bagaimana Sang Raja bahkan mulai memberikan jarak dengan para warga hanya karena sebuah penyakit. Evelyn tak bisa menerima tentang ini. Baginya, wabah adalah hal yang perlu dihadapi bukan dihindari.

Evelyn yang keras kepala jelas tidak akan mendengarkan pendapat Sang Raja. Ia lalu mulai dengan penyelidikannya. Ia tak sendiri. Dua pelayan serta tim medis yang datang bersama Raja Archer diminta untuk menemani.

Gejala penyakit warga sangat familiar baginya. Evelyn bisa menarik kesimpulan bila itu bukanlah wabah yang menyeramkan. Tidak ada yang perlu ditakutkan dengan ini. Hanya saja, belum ada obat seperti yang ada di dunia ini.

Padahal, Evelyn pernah melihat penyakit ini di dunia asli tepatnya di bumi.

"Aku tahu." Matanya sangat berbinar-binar.

"Apa?" tanya Sang Raja masih belum mengerti dengan maksud Sang Ratu.

"Aku tahu. Pokoknya aku tahu."

Gejala yang ditimbulkan tak lain adalah malaria. Evelyn kini telah sangat yakin. Ia sering mengalami hal ini. Tidak ada obat modern, maka mereka bisa menggunakan ramuan.

Evelyn berjalan ke arah meja lalu mulai menggambar satu tanaman yang mujarab. Semoga saja itu cukup untuk menjelaskan bagaimana bentuk daun yang dimaksudkannya.

Para prajurit dikumpulkannya dan Sang Ratu mulai memberikan sebuah pengumuman penting.

"Kalian semua dengarlah! Cari tanaman seperti ini sesegera mungkin!"

"Baik, Ratu!"

Raja masih belum mengerti dengan keinginan Sang Ratu. Namun, bila semua itu bisa membantu, tidak ada salahnya bila ia membiarkan wanita yang dicintainya itu melakukan apa saja.

"Sayang, kamu sudah makan?" Raja Archer tak bisa membiarkan Sang Rat uterus bekerja.

"Hm."

Raja Archer masih tak habis pikir dengan semua ini. Mengapa Ratu Jenifer sampai mau turun tangan.

"Aku bisa melakukan sesuatu di sini, jangan khawatir." Evelyn yang mulai risi dengan keberadaan Raja Archer sedikit menjauh.

Setelah menunggu cukup lama, satu per satu prajurit itu kembali. Mereka membawa beberapa sampel daun yang dimaksudkan. Hanya saja tidak semua sesuai dengan gambar yang diberi.

"Yang itu bukan!"

"Itu juga bukan!"

"Bukan!"

Dan pada akhirnya 1 prajurit mengeluarkan lima lembar dengan sedikit keraguan.

"Yang mulia, hamba tak yakin dengan ini tapi—"

"Itu dia! Ya! itu daun yang aku maksudkan! Kami menyebutnya daun pepaya! Ah, maksudnya … itu memang namanya …."

Diambilnya daun itu dan langsung mengumumkan pada yang lain. Dengan begitu, pencarian mereka semakin terarah. Prajurit yang sudah melihat dan menerima sampel segera kembali masuk ke dalam hutan dan mencari.

"Ini adalah tanaman buah. Hanya buahnya saja yang dikonsumsi." Raja Archer sedikit tak percaya.

"Iya, aku tahu, Daunnya adalah obat." Ratu Jenifer dengan pelan mencoba menjelaskan.

Pembuatan obat tak berlangsung cepat meski tanaman daun pepaya yang dimaksudkan Sang Ratu sedikit sulit di temukan di sekitar Atlanta. Para prajurit yang kembali setelah mendapatkan gambaran tanaman itu mengatakan hal yang membuatnya sedikit bersedih.

Tiga lembar daun disulap menjadi 3 liter obat. Segera ramuan itu didistribusikan pada beberapa warga sebagai uji coba. Sang Ratu yakin bila sebentar lagi Raja akan percaya padanya.

"Ah, tak kusangka … tanaman itu akan sangat langka di sini."

"Yang Mulia, kami menemukan beberapa pohon lagi tetapi itu sangat jauh sampai dekat tebing."

"Begitu ya …."

Sang Ratu menghela napas. Ini akan memakan waktu lebih lama bila tidak segera menemukan stok daun dalam jumlah yang banyak. Berapa lama mereka harus menunggu di saat penduduk yang terjangkit malaria semakin banyak?

"Aku juga akan ikut mencari."

"Jangan pernah berpikir kamu bisa melakukan itu, Ratuku. Berada di sini saja sudah seharusnya tidak kamu lakukan." Kali ini nada suara Sang Raja sangat tegas.

"Ta-tapi …."