Chereads / MY QUEEN (Bahasa Indonesia) / Chapter 12 - Ini.... BUKAN MIMPI?!

Chapter 12 - Ini.... BUKAN MIMPI?!

Raja Archer menggelengkan kepalanya saat melihat nafsu makan isterinya yang meningkat drastis. Syukurlah kalau Evelyn baik-baik saja untuk saat ini. Bahkan, dalam posisi yang bisa ditinggal lama oleh Raja Archer. Setidaknya, Raja Archer tidak perlu khawatir kalau nantinya dia meninggalkan Evelyn ke Penyihir Putih.

Untuk itu, keesokan harinya pagi-pagi sekali Raja Archer sudah menyiapkan kuda putihnya bersama dengan Tuan Barron. Dia dan Tuan Barron akan menaiki kuda, untuk mempersingkat waktu perjalanan.

Lelaki gagah tersebut melihat kedatangan seorang perempuan. Dia membawa satu tas jinjing yang cukup besar.

Raja Archer pun melambaikan tangannya. "Bibi Ausy!!"

Perempuan yang dipanggil dengan Bibi Ausy itu mendekat ke arah Raja Archer. Dia membungkukkan badannya hormat. Perempuan itu tak lain dan tak bukan adalah pelayan Raja Archer. Meskipun sebagai pelayan, Bibi Ausy sangat peduli kepada Raja Archer. Ia menganggap Raja Archer sebagai anaknya sendiri.

"Bagaimana kabar Raja Archer?" tanya Bibi Ausy.

Beberapa hari belakangan, Bibi Ausy izin pulang ke rumah. Dia memiliki beberapa kepentingan yang tak bisa ditinggalkan.

Raja Archer menjawab. "Kabarku baik. Meski istriku tidak."

Bibi Ausy mengernyit. "Ada apa dengan Ratu Jennifer?"

Berita tentang Ratu Jennifer tidak pernah keluar dari istana, terjaga, tersembunyi, dan tertutup rapat. Tak mengherankan kalau Bibi Ausy tidak mengetahui kabar dari Ratu Jennifer.

Suasana di luar kerajaan juga aman terkendali. Tidak ada sesuatu apa pun yang mencurigakan.

Karena pertanyaan dari Bibi Ausy, Raja Archer pun kontan menanggapi. "Ada yang aneh dengan Ratu Jennifer belakangan ini."

Raja Archer menceritakan tentang keadaan Ratu Jennifer. Sebagai pelayan, Bibi Ausy harus mengetahui keadaan istana, tanpa harus disembunyikan.

Wajah Bibi Ausy terkejut ketika mendapatkan serentetan kabar tidak mengenakkan tentang Ratu Jennifer. "Jadi, Ratu Jennifer terkena sakit hilang ingatan?"

Raja Archer mengangguk. "Ternyata … selama ini dia berpura-pura mencintaiku. Mungkin, akibat tekanan yang dirasakan dalam hatinya, Ratu Jennifer pernah menenggelamkan dirinya di bath up. Dan dia bangun dalam kondisi shock berat."

"Dan ketika bangun … semua ingatan itu hilang dari otaknya. Tentangku, tentang keluarganya, tentang kerajaan ini. Semua memori itu hilang. Dalam sekejap mata."

Wajah Raja Archer tampak terluka. Di saat itu, Bibi Ausy terlihat sangat sedih. Dia ikut sakit hati karena Raja Archer merasakan sakit.

Bibi Ausy mendapati keteguhan dan ketulusan cinta yang luar biasa dari wajah Raja Archer. "Apa yang akan Raja Archer lakukan? Raja sudah membawa Ratu ke Dokter? Bagaimana kata Sang Dokter?"

Raja Archer menggelengkan kepalanya. "Mereka menyuruhku pergi ke Penyihir Putih. Untuk itulah aku pergi ke sana."

Bibi Ausy terkejut bukan kepalang. Penyihir Putih letaknya cukup jauh! Berada di tengah hutan! Di antara hutan dengan pohon yang besar-besar. Dan Raja Archer akan datang … ke sana …?

Seorang diri?

"Apakah Raja Archer yakin?"

Raja Archer pun mengangguk. "Ya. Untuk itu, aku akan menitipkan Ratu Jennifer kepadamu. Kalau dia mencariku, katakan saja aku sedang dinas di luar. Kembali sekitar tiga hari kedepan."

Bibi Ausy, seorang perempuan akhir lima puluhan itu menganggukkan kepalanya. "Berhati-hatilah, Raja Archer."

Bibi Ausy menengok sekeliling. Raja Archer tampak sudah siap dengan jubahnya yang tebal dan tahan akan panas serta dingin. Ditambah lagi, sosok Tuan Barron sudah muncul membawa perbekalan yang diletakkan yang di kuda yang hendak dinaiki Tuan Barron.

"Baiklah, Paduka Raja. Adakah sesuatu yang tertinggal? Apakah semua barang-barang sudah dibawa?" tanya Bibi Ausy.

Raja Archer menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu repot-repot, Bibi Ausy. Lagipula, aku hanya ke Penyihir Putih. Lebih baik sekarang Bibi Ausy beres-beres, bagaimana pun Bibi Ausy baru saja tiba."

"Janganlah bersedih, Raja. Sudah pasti, nantinya Ratu Jennifer akan mengingat semuanya."

Raja Archer hanya mengangguk pelan. Wajahnya sedikit tersenyum.

Bahkan, kini Raja Archer yang rupawan itu sedikit mengerling, "Dan aku berpesan, jangan sampai Bibi Ausy terkejut dengan sifat Ratu Jennifer yang jauh berbeda."

Bibi Ausy cukup kaget, tetapi dia mengiyakan pesan dari Raja Archer. Sebelum lelaki tersebut menghilang dari hadapannya, sembari melambaikan tangan.

'Tadi apa katanya? Ratu Jennifer berubah? Mana mungkin sifat orang bisa berubah begitu saja?'

Bibi Ausy mengernyit dalam hatinya keheranan. Dia percaya dalam sekejap mata perkataan dari Raja Archer. Sebab, Bibi Ausy berpemikirkan kalau sifat seseorang adalah hasil tempaan dari lingkungan keluarga sekaligus sosial selama bertahun-tahun. Seseorang tidak dapat berubah begitu saja.

Tidak bisa.

Oleh karenanya, Bibi Ausy pun membopong tas jinjingnya, dengan tanya yang menggelepar dalam memori. 'Masa iya … seseorang dengan mudahnya berubah?'

'Rasanya … tidak mungkin.'

* * *

Evelyn terbangun. Dengan mata setengah menyipit, dia duduk. Mengulet dengan senang lagi ceria. 'Aaaa, senangnya aku kemarin mimpi dengan nyaman. Aku makan sangat enak!'

Evelyn mengingat kembali mimpinya. Dia bermimpi dengan seseorang yang mirip dengan Lee Min Ho, lalu makan bersama dengannya. Walaupun dia tidak pernah melihat langsung manusia tampan asal dari negeri gingseng itu, setidaknya Evelyn pernah mendapatinya.

Dalam mimpi. Ya, walau dalam mimpi.

Tetapi, mimpi yang indah bisa mengantarkan hari yang bahagia tahu! Oleh karena itu, Evelyn pun berbahagia karena mendapatkan mimpi yang bahagia.

Kini, setelah meregangkan tubuhnya lama, gadis itu membuka matanya. Sontak, Evelyn membelalak. "APA?!!"

Dia kaget. Ya jelas kaget! Bagaimana dia tidak kaget!! Habis, dia ada di tempat ini lagi. Dia ada di tempat ini, kerajaan aneh yang ditemuinya dalam mimpi!!

"Oh, astaga. Bagaimana mungkin aku ada di sini!?"

Evelyn mengedarkan pandangannya. Tak salah lagi. Ia berada kerajaan dengan seluruh furnitur serba putih bersih yang elegan lagi mahal! "Kenapa aku ada di sini?!!!"

Evelyn berteriak dengan keras. Gadis itu linglung luar biasa. Dia memegangi setiap inci furnitur. Cermin, sofa, meja, dan menggeragapinya satu per satu. "Ini nyata … ini nyata .. ini nyata!!"

Gadis itu menampar pipinya sendiri. PLAK!!

"Aw! Kok sakit!!"

Dia menampar satu pipinya yang lain. PLAK!!

"Aduh! Beneran sakit!!"

"Kenapa bisa begini, sih!!" Evelyn memegangi pipinya. Dia kaget. Perasaan, kemarin setelah dia mengatakan Magicae Reserare itu, dia masuk ke dalam mimpi ini. Semestinya, dia kembali ke alam bumi! Semestinya. Se-mes-ti-nya.

Tetapi, semestinya itu tidak terjadi. Kini, dia malah merasakan sakit dengan tamparan pipinya sendiri. Kalau begini, apa tandanya coba?

"Jangan-jangan …."

Evelyn meneguk ludahnya sendiri. Gadis itu pun kebingungan.

"JANGAN-JANGAN, AKU TERJEBAK DALAM DUNIA INI??!!!"

"AAA!!!! TIDAKK!!!"

Gadis itu pun langsung kaget. Dia berteriak.

Alhasil, teriakan Evelyn sampai juga kepada para pelayan. Para pelayan tergopoh-gopoh untuk mendatangi Evelyn. Mereka semua terkejut dengan sosok Ratu Jennifer alias Evelyn yang terduduk di lantai dengan rambut kusut seperti singa karena diacak-acak oleh gadis itu sendiri.

Evelyn pun menatap ke arah para pelayan. Matanya berkaca-kaca melebar. "Bagaimana ini …."

Para pelayan kebingungan. "Apanya yang bagaimana?"

Mereka satu per satu membantu Evelyn untuk bangkit. "Aku bingung …"

Evelyn pun mulai menangis. Dia mulai menyadari … kalau dirinya sudah berpindah. Dia … berada di Kerajaan Atlanta. Entah sampai kapan akan berada di sini. Dan juga … entah bagaimana dia bisa kembali.

* * *