Syila melempar tubuhnya di atas kursi, lalu menengadahkan kepalanya menghadap langit-langit ruangan. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda menjadi berantakan setelah Syila mengacaknya dengan beringas untuk melampiaskan kemarahannya. Bahkan bibir tipis Syila tidak berhenti menggumamkan umpatan, sejak masih di lantai dasar, menaiki tangga, hingga memasuki ruangannya. Beruntung, Syila hanya sendirian. Dia tidak perlu repot mencari jawaban jika ditanyai oleh orang-orang yang melihatnya berbicara sendiri.
"Sialan! Sialan! Siaaal!"
Syila menghentakkan kakinya, menimbulkan suara diantara kesunyian dalam ruangan yang ditempatinya sendiri itu. Hingga kemudian, Syila mendengar perutnya mengeluarkan bunyi keroncongan lagi. Syila mendaratkan telapak tangannya di atas permukaan perutnya, seolah menenangkan bunyi tidak menyenangkan dari sana.
"Sial... gue laper..."