Setelah Alex dan Bram pergi, beberapa karyawati –termasuk Niki- mendekati Syila. Semuanya tentu penasaran dengan perasaan Syila setelah berdebat dengan sang direktur perusahaan yang terkenal dengan lidah tajam dan menyakitkan. Di mata mereka, Syila terlihat sangat keren. Bahkan meski Syila hanya menatap Alex, hal itu sudah sangat mengesankan. Terlebih mereka mengira Syila hanya anak baru yang seharusnya terkejut melihat sifat direkturnya.
"Syila, kamu nggak papa, kan?" tanya Niki panik.
Syila terkekeh pelan. "Nggak papa, Kak. Alex –maksudnya Pak Alex nggak nyakitin aku, kok."
"Kamu kok berani banget, sih? Gimana kalau tiba-tiba Pak Alex mecat kamu." sahut Linda, salah satu rekan kerja Syila yang lain.
Mana mungkin Alex mecat gue? Orang dia yang maksa gue kerja disini, batin Syila sembari tertawa dalam hati.
"Saya juga nggak tau, Bu. Tapi untungnya Pak Alex nggak berniat mecat saya."