Dika menumpu dagu nya dengan telapak tangan, tampak sedang berpikir. Tidak butuh waktu lama sampai mata nya berbinar, menyiratkan sebuah ide terlintas di kepala nya.
"Gue pu nya ide. Tapi, lo harus mau berkorban"
"Berkorban?"
"Iya. Lo pasti bersedia, kan? Demi Syila, Ron. Biar anak itu bisa hidup lebih bahagia. Gue kasian ngeliat dia merana gara gara Alex"
Roni tampak ragu, namun akhir nya cowok berkacamata itu mengangguk. "Gimana cara nya?"
"Nyet, gue kasih tau, ya? Gue emang Cuma bisa ngira ngira, tapi yang tau jawaban nya Cuma lo doang! Gue mungkin bilang kalau lo suka sama Alex, tapi gue nggak tau kalau perasaan lo lebih dari itu. Inget, yang tau jawaban nya Cuma lo! Tugas gue Cuma ngasih lo pencerahan, biar lo nggak tersesat sama asumsi lo sendiri"
Syila menganggukkan kepala nya meski Ana tidak mungkin melihat nya.
"Ngomong ngomong, Alex gimana sekarang? Dia nunjukin perasaan yang sekira nya suka sama lo apa nggak?"
"Contoh nya?"
