"Wow! Lo peringkat empat?" seru Roni takjub, namun terlihat jelas jika ekspresi takjubnya itu hanya kepura puraan. "Dari bawah?" sambung Roni dengan volume suara yang lebih kecil. Namun, tetap saja bisa terdengar oleh indera pendengaran Alex, Dika, maupun Temari sendiri.
"Pfftt..." Dika menahan tawa, bibir nya terkulum untuk mencegah tawa nya meledak.
"Itu yang mau lo kasih tau?" Alex tersenyum, bukan jenis senyuman yang patut dibanggakan, karena senyuman Alex lebih tampak seperti ejekan. "Bagus, ya? Ternyata ada yang lebih parah dari gue"
Paras cantik Temari merah padam. Sebuah perpaduan antara rasa malu dan marah yang sama besar nya. Malu karena nilai nya yang sangat buruk itu terbongkar di depan Alex, orang yang di cintai, dan marah karena keberadaan Roni dan Dika yang mengganggu rencana nya dapat terlaksana.
Jika seperti ini, Temari mengorbankan diri nya sendiri sebagai bahan tertawaan Alex.