"Lo emang panutan gue, Lex!" Dika menepuk bahu Alex singkat, lantas berdiri lalu kembali ke bangku nya sendiri. Seperti yang Alex lakukan, Dika juga melemparkan selembar kertas milik nya ke dalam laci, seolah benda itu tidak penting untuk kehidupan nya.
Well, seperti kata Alex, seburuk apa pun nilai yang dia dapatkan, tidak akan membuat nya mati.
"Serah kalian, deh" Roni berdiri dari kursi nya, lantas menatap Dika dan Alex bergantian. Namun, tentu saja Alex yang menelungkupkan kepala nya tidak mengetahui tatapan Roni. "Nggak ada yang mau ikut gue ke mading buat liat pengumuman?"
"Cus lah! Nggak usah ngajak Alex. Mana mau dia keluar kelas cuma buat liat pengumuman? Nggak penting kan, Lex?"
Ibu jari Alex yang terangkat menjadi hadiah untuk Dika yang telah mengenal nya dengan sangat baik.