"Udah? Itu doang?"
"Iya. Thanks, Ra!"
Namun setidak nya, Temari selalu mengucapkan kata terima kasih setelah memerintah Tiara. Bagi Tiara itu sudah cukup sebagai bayaran atas kesetiaan nya pada Temari. Entah itu tulus atau tidak, Tiara tidak peduli.
Tiara baru saja pergi. Temari kembali sibuk mengipasi wajah nya dengan telapak tangan. Keringat mulai muncul di dahi nya yang tanpa cela, lantas ia usap dengan kasar.
"Ah! Harusnya gue suruh bawain tisu sekalian!"
Lama dalam posisi yang sama, membuat Temari bosan. Dia berdiri, merenggangkan otot ototnya yang terasa kaku seolah dia baru saja menyelesaikan tugas penting. Padahal dia hanya duduk di bawah pohon yang teduk sambil mengamati Syila yang tersiksa dengan hukuman nya. Hanya seperti itu.
Beberapa menit berselang, Temari kembali duduk pada kursi nya.
"Em," Tiara memanggil Temati pelan dari arah belakang cewek itu.