Chereads / Cinta Untuk Pria Idaman / Chapter 9 - Dikira Halu

Chapter 9 - Dikira Halu

"Kak Daniel," panggil ku agak ragu.

Sontak kelima orang disana menoleh kearah ku. Aku jadi gugup di tatap seperti itu. Ku sodorkan ponsel Kak Daniel langsung didepan nya.

"Hp nya ketinggalan," ujar ku.

Kak Daniel menerima nya. "Oke thanks," ucap nya singkat.

Setelah itu aku langsung ingin segera pergi, tapi mendadak langkah ku tertahan saat aku melihat seseorang yang tak asing ada di tengah-tengah Kak Daniel dan teman-teman nya. Dia.. Agra!

Sontak mata ku membulat. "Agra?" sebutku dengan nada tak menyangka. Bahkan aku sampai menutup mulutku yang sudah ingin berteriak saat melihat pria tampan yang selama ini aku idam-idamkan dan ku sebut sebagai pacar halu ku ini secara langsung. Asli nya nampak lebih tampan berkali-kali lipat dari di foto. Alis tebal nya, kulit terang nya, hidung mancung nya dan mata indah nya itu membuat ku sungguh terpesona.

Agra mengernyitkan alis nya menatapku heran.

"Kamu Agra 'kan? Lintang Rafassya Agra?"

"Iya. Lo siapa?" tanya nya heran.

Dengan berani aku menyodorkan tangan ku. "Risha. Risha Alamea. Aku kenal kamu dari instagram," ucap ku memperkenalkan diri. Senyum ku sangat lebar. "Ganteng banget sihhh," gumam ku dengan suara yang lebih pelan. Tak peduli terdengar mereka atau tidak. Yang penting Agra harus mengenaliku.

Agra belum menjabat tangan ku, tapi Kak Daniel malah menarik tangan ku itu dan membawaku menjauh dari sana begitu saja.

"Lo apa-apa an sih? Sksd gitu maksudnya biar apa?" bentak nya dengan suara yang berusaha dipelankan.

"Aku cuma mau kenalan sama Agra Kak," jawab ku tanpa takut untuk menatap mata nya.

Kak Daniel melepaskan genggaman tangan nya yang tadi menggenggam ku sangat erat. Pandangan kami masih beradu tajam.

"Lain kali gak usah lagi begitu! Agra itu punya banyak fans disini. Dia gak semudah itu mau kenalan sama orang baru, apalagi sama lo!"

"Emang nya apa yang salah sama aku kak?" tanya ku tanpa gentar.

Kak Daniel diam tak menjawab.

"Aku cuma pengin dihAgrai aja, udah. Kak Daniel tau? Aku ngerasa kayak cuma jadi parasit kalau dimana-mana diperlakuin kayak begini. Gak dirumah, sekarang disekolah juga. Apa susah nya sih Kak gak dingin, gak kasar? Apa Kak Daniel beneran anggap aku kayak parasit?"

"Ya, kurang lebih begitu," jawab nya dengan santai. "Semenjak kehadiran lo, hubungan Papa dan Mama jadi renggang. Lo tau? Tadi malam Raya dipaksa berhijab sama Papa dan mulai hari ini dia harus pakai hijab ke sekolah, Papa banding-bandingin dia sama lo. Lo gak tau 'kan gimana sedih nya Raya dibanding-bandingin gitu padahal lo baru beberapa hari datang kesini. Gua gak suka liat adik perempuan gua nangis."

"Aku kan juga adik nya Kak Daniel! Harusnya-" Kak Daniel langsung membekap mulut ku.

"Jangan ngomong kenceng-kenceng apalagi sampai lo bilang ke siapa pun!" titah nya membisiki ku.

Aku menepis lengan nya kasar. "Hey semuanya dengerin! Kenalin, aku murid baru disini! Nama aku Risha dan aku adik nya Kak Daniel! Kata nya banyak yang suka 'kan sama Kak Daniel? Temenan aja sama aku, biar nanti aku comblangin!" teriakku sekencang mungkin.

Kak Daniel menganga. Dia melotot kearah ku. Aku memasang wajah sarkas kearah nya. Sekarang aku tidak peduli apa yang akan dikatakan orang.

"Dia adik lo?" tanya Agra mendekat ke arah Kak Daniel.

"Iya, aku adik nya Kak Daniel." Ku jawab pertanyaan Agra dengan yakin.

Dia menatap ku dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Masa sih Niel?" tanya Agra lagi. Rupanya dia tak percaya.

"Udah gak usah ditanggepin. Kita cabut aja dari sini."

Kak Daniel merangkul Agra dan mengajaknya menjauh di iringi teman-teman nya yang lain.

Mendadak aku menjadi pusat perhatian setelah tindakan konyol ku tadi.

"Halu neng? Masih pagi nih," ejek seorang cewek berkacamata itu kearah ku.

"Ini anak nyasar apa gimana? Dateng-dateng ngaku-ngaku adik nya Daniel, haha," lanjut seorang cowok dari arah lain.

Banyak yang mentertawakan ku. Asli, sekarang aku adalah orang yang paling merasa malu di dunia.

***

Tok tok

Dengan ragu aku mengetuk pintu kelas.

"Assalamualaikum," ucap ku.

Bu Guru yang tengah menerangkan berhenti dengan aktifitas nya, siswa dan siswi yang ada didalam kelas pun menolehkan pandangan nya kepada ku.

"Wa'alaikumussalam, masuk," titah Bu Guru.

Aku melangkah masuk sambil menunduk.

"Kenapa telat?" tanya Bu Guru berkaca mata itu dan menatap ku dengan lekat.

Masih menunduk aku menjawab, "Saya murid baru bu, tadi agak sedikit kesulitan nyari kelas nya." padahal alasan utama telat nya karena perdebatan dengan Kak Daniel tadi.

"Oh, yasudah, perkenalkan diri kamu dulu di depan."

Aku mengangguk dan berdiri tepat didepan seluruh orang yang ada didalam kelas. Aku memberanikan diri menyapu pandangan menatap mereka semua yang juga menatapku.

"Selamat pagi teman-teman. Perkenalkan nama aku Risha Alamea, panggil aja Risha. Aku pindahan dari Kalsel. Salam kenal semua nya," ujar ku. Aku menebar senyum kearah mereka semua.

"Salam kenal,"

"Salam kenal Risha,"

"Salam kenal Sha,"

Jawab sebagian cewek yang ada disana, mereka terlihat ramah kepada ku.

"Nanti kenalan nya dilanjut ya kalo udah istirahat. Sekarang Risha silahkan duduk disamping Manda," ujar Bu Guru menunjuk kearah seorang gadis berhijab lebar yang duduk tanpa teman sebangku itu.

Aku berjalan kearah nya dan duduk disamping nya. Gadis itu nampak menonjol dibandingkan yang lain karena hanya dia yang pakaian nya paling tertutup dibandingkan cewek-cewek lain di kelas ini yang berhijab nya hanya seperti ku, hanya sebagian yang tidak berhijab.

Aku menyodorkan tangan ku kearah nya dengan senyum ku. "Risha," ujar ku memperkenalkan diri.

Dia pun menjabat tangan ku. "Falisha Amanda. Panggil aja Manda," jawab nya juga tersenyum padaku.

Setelah itu pembelajaran dilanjutkan kembali seperti normal. Aku pun mulai mengikuti nya dengan seksama.

Dari tadi aku merasa ada yang tidak nyaman pada Manda. Dia terus memegangi kepalanya yang sepertinya sakit. Aku jadi khawatir.

"Manda, kamu sakit?" tanya ku.

Manda menoleh kearah ku. Wajah nya pucat.

"Enggak, cuma sedikit sakit kepala," jawab nya.

"Tapi muka kamu pucat banget," ujar ku.

"Gak, aku gakpapa kok," jawab nya lagi, dia tersenyum meyakinkam kepada ku.

"Kamu adik nya Kak Daniel?" tanya nya kepadaku, dia seolah mengalihkan pembicaraan.

Aku terdiam sebentar sebelum mengangguk. "Iya, kamu tau dari mana?"

"Kamu tau gak? Tentang kamu yang pagi tadi teriak mengaku adik nya Kak Daniel itu mendadak viral. Kak Daniel kan termasuk famous disekolah ini."

"Hah??"

***

Bersambung