"Abang ngapain ke sini? Kan Vi nggak suruh jemput?!" tanya Via penuh selidik saat ia melihat Alif sedang duduk di teras share house.
Alif menoleh ke arah Via, dan tersenyum lebar, memamerkan deretan giginya yang tersusun rapi.
"Sorry ma lovely sista, Abang ke sini bukan untuk jemput kamu!"
"Hah?" pekik Via tak percaya.
"Abang mau jemput Putri." ungkap Alif yang membuat Via semakin menganga.
"Sudah Vi duga, pasti ada udang dibalik rempeyek dalam hubungan kalian!" sergah Via dengan mata menyipit.
Udang dibalik rempeyek? Enak.
"Emang, kalau kita cuman teman, gak boleh gitu jalan bareng?" todong Alif.
"Masalahnya, Abang ini bukan tipe orang yang mau jaln sama temen! Coba deh, selain sama Kak Put, Abang pernah nggak jalan sama temen perempuan Abang?"
Setelah Alif pikir-pikir, ucapan Via memang benar. Belum pernah sekalipun ia jalan dengan teman perempuannya selain Putri. Jadi, kenapa ia mau jalan dengan gadis itu?
Tiiint!
Via dan Alif langsung menoleh dengan kompaknya ke arah gerbang saat suara sebuah mobil travel tedengar dari sana.
"Tuh, jemputan kamu dah dateng! Hati-hati di jalan!" ucap Alif yang lebih terasa seperti sebuah usiran bagi Via.
"Abang masih berhutang penjelasan sama Via!"
Setelah mengatakan itu, Via pun meninggalkan Alif yang masih setia menunggu di kursi.
"Al, Via udah pergi?" tanya Putri yang tegah mengintip dari balik pintu.
"Udah. Ngapain lo sembunyi kek gitu?"
Putri tersenyum lebar, ia lalu keluar dan menghampiri Alif.
"Aku takut, kalau keluar nanti ditodong Via dengan pertanyaan yang sama. Kamu tahu kalau Via itu gak mudah percaya, 'kan? Sekalipun kita bilang cuman temenan dia nggak akan percaya." jawab Putri.
Alif terkekeh pelan, lalu berdiri.
"Ya udah, yuk!"
Saat mereka hendak melangkah keluar gerbang, seseorang memanggil Putri dengan hebohnya.
"Lo mau ke mana? Wih, ini siapa? Pacar lo?" Lusi langsung memberondongi Putri dengan banyak pertanyaan.
Mendengar kata pacar, mata Reyhan langsung membulat sempurna. Dan melihat itu, Alif langsung menahan taanya.
"Ini abangnya Via!" sahut Putri pelan.
"Lo pacaran sama abangnya Via?" pekik Lusi tak percaya.
Karena malas menjelaskan, Putri hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Via.
"Kita juga mau jalan, nih! Mau double date, nggak?"
Belum sempat Putri menolak ajakan Lusi, Alif sudah menyela dan mengiyakan saja ajakan gadis itu.
"Kalau gitu, satu mobil aja, biar seru!" imbuh Lusi.
"Atur aja!" sahut Alif.
Meski cukup bingung, namun Putri sangat yakin bahwa Alif memiliki sebuah rencana untuk Reyhan. Tapi apa?
"Naik mobil gue aja!" seru Reyhan sambil berjalan melewati Alif dan menuju mobilnya.
***
"Mau nonton apa nih?" tanya Lusi dengan semangat.
"Film horor aja!" sahut Putri.
Putri itu sangat penakut, tapi karena dia menonton dengan Reyhan dan Alif, dia pikir tidak akan setakut itu.
"Lo yakin mau nonton itu?" tanya Reyhan tak percaya.
"Yakin." seru Putri dengan penuh percaya diri.
Alif embeli beberapa popcorn selagi Lusi membeli tiketnya.
"Lo beneran pacaran sama dia?" tanya Reyhan dengan nada dan raut wajah yang datar.
Meski ingin tersenyum, Putri menahannya. Ia mencoba bersikap setenang mungkin di hadapan Reyhan.
"Rahasia. Lagiam, bukan urusan kamu juga!"
"Jangan mudah percaya sama pria!"
Putri langsung tersenyum sinis.
"Iya, aku tahu. Tenang aja, setelah drama penghianatan yang begitu menyakitkan, aku nggak akan jatuh cinta dan percaya kepada pria semudah itu."
Reyhan hanya tersenyum miris mendengar ucapan Putri. Sepenuhnya ia menyadari bahwa apa yang ia lakukan pada gadis itu memang salah. Itu pasti sangat menyakiti Putri. Sungguh, ia tahu bahwa ia tidak pantas dimaafkan. Akan tetapi, ia memiliki situasi yang cukup sulit. Ia tidak punya pilihan lain.
Setelah Lusi dan Alif kembali, Reyhan dan Putri terdiam.
Suasana begitu cangung di antara mereka. Dan sialnya, Lusi memilih tempat yang sangat tidak menguntungkan bagi Putri, dengan ia yang harus duduk di samping Alif dan Reyhan, sedangkan Lusi di sisi lain Reyhan.
Selama film berlangsung, Putri menyadari satu hal. Ia terlalu percaya diri dengan memilih film horor. Ketakutan menyelimuti gadis itu saat scene flashback sang hantu yang dibunuh dengan begitu kejamnya.
Tiba-tiba saja, sebuah tangan meraih tangannya, dan menggenggam dengan sangat lembut tangan mungil gadis itu.
Putri menatap Alif dengan bingung, sementara Alif hanya tersenyum tipis. Kejadian tersebut tak luput dari pandangan Reyhan. Tangannya mengepal kuat melihat tangan Putri yang terlihat nyaman berada di genggaman Alif. Bukan hanya itu, Alif menarik kepala Putri agar gadis itu bersandar di lengannya karena Putri terlihat sangat ketakutan dengan Film di depan.
"Lus, gue ke kamar mandi bentar." bisik Reyhan lalu bergegas pergi. Ia tidak tahan jika harus melihat kemesraan Putri dengan pria lain, jadi ia memilih pergi.
"Sepertinya rencana gue berhasil!" bisik Alif.
Putri mengernyit bingung, ia lalu menoleh ke arah Alif.
"Rencana apa?" tanyanya berbisik juga.
"Buat Reyhan cemburu!"
Ah, sekarang Putri mengerti arti dari sikap manis Alif padanya. Jadi, Alif menerima ajakan double date dan nonton bareng itu untuk membuat Reyhan cemburu? Wah! Pikiran sang playboy memang tiada duanya, Putri benar-benar takjub dibuatnya.
***
Setelah acara double date itu berakhir, Reyhan menarik Putri dan membawa gadis itu ke rooftop.
"Apaan sih, Rey?" protes Putri kesal.
"Lo yang apaan!" sentak Reyhan.
Tunggu! Putri merengut kesal. Apa barusaja ia dibentak? Atas dasar apa pria itu membentaknya?
"Lo belum lama kan kenal dia? Terus, kenapa semesra itu? Put, bisa aja dia itu orang brengsek yang mau manfaatin lo doang!"
"Tunggu! Kamu marah, bentak-bentak aku, karena aku mesra sama Alif?" tanya Putri tak percaya.
"Pertama, kamu nggak berhak buat ngelakuin ini! Kamu bukan teman, ataupun saudara aku, kamu hanya orang asing bagi aku sekarang, jadi gak ada hak bagi kamu buat marah! Kedua, di sini yang brengsek bukan Alif, tapi kamu! Alif pria baik! Ketiga, Mau aku mesra, atau apa pun itu sama dia, ya terserah aku, kami sudah sama-sama dewasa dan tahu apa yang kami lakukan! Lagian, aku juga nggak pernah kan protes kalau kamu lagi mesra-mesraan sama Lusi?!"
Reyhan terdiam. setelah mencerna ucapan Putri, ia pun merutuki perbuatannya. Mereka sudah berakhir, jadi kenapa dia harus semarah itu? Semua yang Putri ucapkan memang benar adanya.
"Kamu nggak mungkin lagi cemburu sama Alif, 'kan?" sergah Putri penuh selidik.
Reyhan membeku mendengar pertanyaan Putri. Iya, apa yang terjadi padanya?Apakah ia cemburu?
"Gimana pun, kita pernah deket, jadi gue hanya masih peduli sama lo!"
"Peduli?"
"Ya, peduli!"
Putri tertawa keras mendengar jawaban Reyhan. Jujur saja ia kecewa. Namun, baginya, alasan Reyhan tidak cukup masuk akal.
"Terserah, tapi sekedar saran, jangan lagi mempedulikan aku. Kita harus benar-benar mengakhiri ini!"