Kami mendarat di bandara sekitar jam enam pagi, waktu itu matahari sudah terbit cukup tinggi di pulau ini, dan aku bisa melihat sinarnya dengan begitu jelas begitu keluar dari area airport. Umar tersenyum sambil mendorong kursi roda yang kududuki.
"Ayo kita ke sana, taksinya sudah menunggu," kata Umar sambil menunjuk mobil taksi berwarna kuning yang menunggu kami di bawah tangga.
Aku tersenyum. Umar menggendongku sementara sang supir taksi membantu membawakan kursi roda dan barang-barang yang masih tertinggal untuk di masukkan ke dalam bagasi. Kalian tahu? Akhirnya aku dan Umar berhasil terbang ke Bali untuk menikmati bulan madu kami.
Sedikit terlambat, tapi ini lebih baik dari pada tidak sama sekali. Selama perjalanan, aku bisa melihat bagaimana suasana sejuk kota Bali yang begitu memukau. Belum lagi saat kami melewati area pasar tradisional, bertemu dengan beberapa orang Bali dengan pakaian tradisional khas mereka.