Mungkin keputusan Marisa adalah keputusan paling tepat dalam hidupnya, itulah yang sekiranya dia pikirkan. Setiap orang memang berhak mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, mereka berhak memilih jalan mereka sendiri.
Aku dan Umar hanya bisa mendukung apapun yang ingin dia lakukan, asalkan itu positif dan dia bisa meninggalkan semua kebiasaan buruk yang kota ini berikan padanya. Dua tahun lamanya dia tinggal di Jakarta dengan hiruk-pikuknya, tentu saja sudah membuat pikirannya terkontaminasi.
Meninggalnya sang mami juga tak luput dari perhatian Putri, rekan satu kantornya itu datang ke pemakaman juga dan dia menghampiri kami yang kebetulan sedang duduk di tempat yang tak jauh dari pemakaman.
"Kalian masih disini ternyata, kukira aku adalah pengunjung terakhir," katanya sambil ikut duduk di samping Marisa.
