Tak lama berselang, Umar datang ke rumah sakit untuk menjemputku. Dia datang sendirian setelah tadi berpamitan untuk mengurus surat pengunduran dirinya dari perusahaan. Sebenarnya aku sendiri tidak setuju kalau sampai Umar mengundurkan diri, niatku hanya ingin membatasinya agar tidak sering bertemu Marisa, bukan untuk memutus mata pencahariannya.
Akan tetapi, Umar sendiri yang bersikeras untuk keluar dari perusahaan tempat dia bekerja sekarang. Dia ingin benar-benar meyakinkanku bahwa sekarang dia hanya akan fokus mengurusku saja.
Sedikit berbincang-bincang dengan sahabatnya, aku dan Umar pun pulang setelah berpamitan. Acara kunjungan hanya berlangsung kurang dari dua jam itu juga sudah selesai dan anak-anak kembali di pulangkan ke ruang rawat mereka masing-masing.
"Bagaimana kunjungannya? Seru?"