Rasa penasaran Umar terhadap amplop bertuliskan salah satu nama rumah sakit terkenal di Jakarta itu membuatnya langsung membuka isinya dengan cepat. Tak peduli dengan amplopnya yang sengaja dia robek dan di buang ke sembarang arah, dia hanya ingin membaca isinya.
Awalnya dia tersenyum, karena mengira itu adalah hasil tes medis yang menunjukkan kalau aku hamil. Tapi senyum itu perlahan memudar perlahan, berubah menjadi ekspresi wajah datar sampai pandangannya perlahan sayu saat menemukan dua kata yang langsung menghujam jantungnya.
Aku tak kuasa menahan tangis, berusaha menutupi tangis itu dengan memalingkan pandangan ke arah lain dan menutup wajah yang sudah tidak mengenakan cadar menggunakan satu tangan. Umar menelan saliva dan membaca berulang kali kata tersebut untuk meyakinkan dirinya bahwa dia tidak salah baca.
"Kanker rahim?" tanya Umar parau, suaranya sudah serak karena menahan tangis.