Mataku terbuka perlahan saat merasa ada cahaya menyilaukan yang masuk ke mata. Itu bukan kejadian tidak di sengaja, tapi memang dokternya yang membuka paksa mataku untuk di senteri dan entah apa yang ingin dia lihat di mataku.
Dia pun tersenyum saat melihatku mulai sadar dari kondisi anfal dan kembali merasakan banyak hal di sekitar. Aku sudah tidak asing lagi dengan ruangan seperti ini, ruangan serba putih dengan sebuah patung anatomi di pojok sana.
Ini sudah pasti rumah sakit, dan aku bisa tebak kalau sekarang aku di bawa ke rumah sakit untuk di periksa setelah pingsan tadi. Untung saya dokter yang memeriksaku adalah dokter wanita berhijab yang juga pastinya terpercaya kalau dia mau memegang perutku.
Dia menanyakan beberapa keluhanku sambil terus mengecek beberapa bagian anggota tubuh. Aku hanya menjawab seadanya, sering kelelahan, terkadang juga mudah mual atau bahkan sakit di perut bagian bawah. Menstrusasiku juga sudah tidak teratur, kukira itu karena masalah hormon saja.