Umar langsung pergi meninggalkan kamar Habib begitu saja dan pergi ke bawah untuk melanjutkan makan siang. Tentu saja dia merasa kesal setelah melihatku bersama Habib, apa lagi lelaki itu dengan sengaja membuka kancing bajunya sampai memperlihatkan dada bidangnya padaku.
Dan bodohnya, aku juga hampir menyentuh perutnya yang terdapat bekas luka operasi. Salah paham, kesal dan marah itu sudah pasti, karena aku juga pernah merasakan hal yang sama. Hingga tak berpikir panjang lagi, aku langsung mengejar Umar yang berjalan cepat menuruni tangga.
"Mas, Mas tunggu dulu! Mas aku mohon dengarkan penjelasanku dulu!" pintaku sambil berusaha mengejarnya.
Kutarik lengannya untuk meminta waktu bicara sebentar sebelum kami kembali turun ke bawah, tapi dia malah menepis tanganku begitu saja, memberi tatapan sinis dan kembali melanjutkan langkahnya sampai dia tiba di lantai satu.