Keesokan harinya aku kembali memakai cadar hitam yang kupunya di depan cermin. Dan kali ini aku memakainya langsung di hadapan Umar, sekalian ingin meminta pendapatnya tentang bagaimana penampilanku jika memakai cadar.
Dia langsung terdiam tanpa kata, tanpa suara, bahkan tidak bisa berhenti menatapku dan langsung mematung begitu saja. Aku merasa aneh kalau di lihat dengan tatapan seperti itu, membuatku dengan cepat melepas kembali cadar yang baru saja kupakai.
"Tahan dulu!" cegahnya, membuat gerakan tanganku terhenti.
"Jangan diam saja, katakanlah sesuatu agar aku tahu bagaimana pendapatmu saat melihatku memakai cadar," selorohku pula yang kembali menurunkan tangan dari kepala.
Umar berjalan perlahan mendekat ke arahku, berusaha memperhatikan bagaimana rupa sang istri yang sekarang berdiri tegak di hadapannya menggunakan kain cadar yang menutupi seluruh wajah, kecuali kedua bola mata.