Di depan cermin, aku berdiri tegap sambil memakai baju gamis warna cokelat dengan motif garis-garis. Di tanganku juga sudah tersedia cadar dengan warna yang sama, meski tidak teralu mirip dengan warna cokelat susu yang kupakai sekarang ini.
Mengingat perkataan Umar tadi malam, membuatku langsung kepikiran sampai aku membeli cadar terpisah dari toko hijab yang letaknya tak jauh dari komplek perumahan disini. Ada dua warna yang kubeli, warna hitam dan cokelat.
Itu adalah dua warna yang paling banyak diminati, dan kurasa warna ini akan sangat berguna jika aku memang memutuskan untuk memakai cadar. Perlahan, kuikatkan talinya ke belakang telinga, memakai jilbab panjang lalu memperhatikan wajah yang tampak berbeda.
Hanya kedua bola mata saja yang terlihat, seluruh tubuhku bahkan sudah tertutup dengan kain yang tidak memberikan celah untuk mengintip ke dalamnya. Bahkan di bagian tangan juga selalu kupakaikan handsock agar tidak memperlihatkan satupun bagian kulit.