Satu minggu sudah Habib dan Farida tinggal di rumahku, mereka tetap menjalani keseharian seperti biasanya tanpa ada yang berubah. Habib tetap menganggapku sebagai istrinya, dan tidak mengakui Farida sebagai istri sah.
Satu hal yang membuatku langsung terdiam kaku saat mendengar cerita Farida, ternyata Habib sama sekali tidak mengingat apapun yang pernah kuceritakan padanya. Bahkan semua bukti yang sudah Farida berikan padanya sebelumnya sama sekali tidak berarti apapun.
Dua hari pertama setelah dia mendengar cerita menyedihkan tentang pernikahan kami yang harus berakhir secara tragis, Habib masih kelihatan biasa padaku. Tidak terlalu dekat atau menganggap bahwa kami adalah suami istri.
Intinya, otak Habib sudah mulai menangkap informasi penting bahwa kami sudah bercerai. Sikapnya juga kelihatan sudah semakin menjauh, ketika bertemu denganku di lorong, dia selalu diam dan malah menghindar.
