Mungkin pernikahanku dan Habib adalah pernikahan yang paling membahagiakan bagi kami berdua, bahkan aku sendiri belum bisa melupakan kenangan manis kami selama masa-masa awal pernikahan.
Terlepas dari sulitnya meluluhkan hatiku untuk bisa melupakan Umar, Habib tetap berusaha menjadi suami yang terbaik. Kami melewati banyak hal, dari tangis air mata sampai tawa yang menggelora.
Semuanya tetap akan tersimpan sebagai kenangan yang tidak akan pernah kulupa. Mungkin itu yang ada di kepala Habib, tapi saat dia memintaku menceritakan tentang siapa Umar yang sebenarnya, aku pun tak mau menutupi apapun darinya.
Dia suamiku sekarang, dia yang menjadi imam untukku dan anak-anak sejak kami melangsungkan akad nikah sekitar tiga minggu yang lalu. Dan sejak saat itu pula aku bertekad untuk membangun pernikahan baru dengan kisah yang baru bersamanya.
Kujelaskan perlahan tentang siapa kami sebenarnya, aku dan Habib bukan lagi sepasang suami istri. Dan aku yakin dia akan mengerti.
