Kecewa? Jelas. Marah? Sudah pasti. Tapi satu hal yang tak bisa kubohongi, yakni diri sendiri yang masih meyakini besarnya cinta seorang lelaki. Sulit bagiku menerima sebuah perpisahan, karena itu adalah awal dari semua kesedihan.
Kukira perceraian adalah jalan terbaik untuk kami, dengan harapan aku dan Habib bisa kembali memulai hidup baru yang lebih bahagia bersama pasangan kami masing-masing. Berulang kali aku mencoba untuk mencegahnya, tapi dia tetap kekeuh pada pendiriannya, sampai akhirnya aku menyerah.
Menyerah dengan semua hal, menyerah untuk menjadi seorang istri, menyerah untuk berjuang dan kembali pada titik nol yang dulu pernah kurasakan. Kukira dia memang sudah tak menginginkanku lagi, tapi ternyata itu semua salah.
Melepaskan adalah jalan terbaik untuk memberikan kebebasan tanpa mengikat orang lain. Jika dengan melepaskannya kamu bisa membuatnya terbebas dari rasa sakit, lantas kenapa kamu masih mengurungnya dalam belenggu?