Aku mengantarkan kopi pesanan Umar ke kamar saat dia memintaku membuatkan kopi untuknya. Aneh, padahal ini masih subuh dan dia tidak mengaji untuk kali ini. Padahal biasanya dia selalu mengaji setelah sholat subuh dan maghrib.
Tak peduli dengan itu, aku pun menyelesaikan tugasku dan segera menghampiri Nara di tempat tidurnya. Kalau tak salah, sepertinya dia bangun tadi. Aku tidak mau kalau sampai dia menangis karena tidak melihatku didekatnya, itu akan membuatnya menangis dan membangunkan Rizky juga.
Tapi Umar malah menarik tanganku, dan membuatku langsung mundur sampai terduduk di pangkuannya. Untung saja kakinya sedang berselonjor di atas tempat tidur, jadi aku bisa duduk dengan pas di pangkuannya.
"Mas, apa yang kamu lakukan? Kalau aku jatuh bagaimana?" protesku sambil menepuk pelan dadanya.
"Kamu sudah jatuh, jatuh di pangkuanku," balasnya pula sambil tersenyum.