"Apa lagi yang menjadi bahan pertimbangan? Padahal mas Umar itu lelaki yang baik, tidak jauh berbeda dengan pak Habib. Walau dia tidak punya brewok tebal, tapi setidaknya dia kelihatan lebih muda. Dia juga punya pekerjaan tetap, penghasilan yang jelas, kedua orang tuanya juga sudah menerima Bu El dengan baik, lantas apa lagi yang membuat Ibu ragu?" tanya Mira saat aku kembali curhat padanya tentang lamaran Umar yang sudah lebih dari sebulan lalu.
Mira sudah terang-terangan memintaku untuk menerima lamaran Umar, begitu juga dengan Azka yang di hasut olehnya. Bocah itu langsung memintaku menerima Umar tanpa berpikir panjang lagi. Tentu saja Mira yang menceritakan hal itu padanya, kalau bukan dia, siapa lagi?
"Kasihan dede Nara, Ammah. Dia pasti butuh ayah yang bisa selalu ada untuknya, sejak lahir dia tidak pernah merasakan kasih sayang ayahnya saat tidur. Kalau Ammah menerima lamaran ammun Umar, maka Nara tidak akan kesepian lagi," kata Azka ikut bicara.