Entah aku salah langkah atau bagaimana, mengijinkan Umar sering datang ke rumah ternyata sudah membuat dia hampir tidak pernah absen untuk datang setiap pagi dan mengantar Azka ke sekolah.
Padahal, biasanya Azka selalu berangkat bersama Umar dan papanya, Faisal. Tapi sekarang, dia berangkat bersama ammun Umar-nya, sudah sekitar satu minggu Umar mengantar jemput Azka. Terkadang mereka pergi ke timezone sebelum pulang ke rumah.
Memang tidak pernah sampai lewat waktu maghrib, tapi tetap saja itu membuatku merasa mereka terlalu bebas. Sementara status Umar hanyalah seorang lelaki asing yang tidak punya hubungan apapun dengan keluarga kami.
Ya, jangan mentang-mentang dia sudah melamarku, maka dia bisa seenaknya begitu. Semua itu masih dalam batas wajar memang, aku pun menganggapnya wajar selama dia masih bisa menjaga diri dalam batasannya.