[Buatkan 100 donat untuk besok, Mas akan ambil jam delapan pagi]
Mendadak tubuhku kaku saat membaca pesan itu dari Habib. Entah alasan apa yang membuat Habib langsung memesan 100 donat dariku, tapi dia mendadak bersikap hangat seolah-olah tidak pernah ada masalah diantara kami.
Aku bingung harus menjawab apa, entah di sanggupi atau tidak, Habib pasti akan tetap datang ke rumah besok pagi. Bukan apa-apa, aku hanya merasa risih dengan hal itu yang akan semakin mempersulit upayaku untuk melupakannya.
Dia tidak tahu betapa pedihnya perasaanku saat di paksa melupakan kenangan manis kami dalam waktu cepat, tapi dengan seperti ini dia malah membuat usahaku sia-sia. Bahkan bisa saja aku jadi tidak bisa melupakannya.