Aku langsung menghampiri Habib yang sedang berkumpul bersama anggota keluarga yang lain di ruang makan. Kelihatannya mereka ingin bersiap untuk makan siang sebelum adzan zuhur tiba. Dengan langkah memburu, aku langsung mendekatinya sambil marah-marah.
Sebenarnya aku tidak ingin marah, tapi aku hanya tidak terima kalau sampai dia menceraikanku dengan cara seperti ini. Maksudku ... kami baru saja menyelenggarakan acara aqiqahan untuk putri kami, dan tepat setelah acara selesai dia langsung mengirim surat itu padaku?
"Maksud kamu apa, Mas?!" tanyaku dengan nada kesal sambil menepuk pundaknya dengan cukup kasar. Kebetulan Habib sedang duduk di salah satu kursi, dan Farida juga ada di sebelahnya untuk menyajikan makanan.
Habib langsung menoleh dengan bingung. Begitu juga dengan semua orang, termasuk Umar yang masih asik bermain ponsel di dekat pantry, sampai bunda dan umi juga melihat ke arah kami dengan tatapan penuh tanda tanya.
