Belum bisa berjalan dengan lancar seperti biasanya, tapi setidaknya aku sudah bisa berdiri untuk menghampiri Nara yang menangis penuh jeritan saat malam tiba. Mungkin dia lapar, bayi ini selalu tidur sejak jam sembilan malam, hingga saat jam dua pagi dia terbangun.
Habib yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya melihatku dengan tatapan kosong lalu segera mengambil sajadah untuk sholat tahajud. Kukira dia akan sholat tahajud di kamar ini, ternyata dia pergi ke kamar Farida untuk sholat tahajud di sana.
Aku tidak bisa ikut sholat karena masih dalam keadaan nifas, padahal biasanya kamu sholat bersama di kamar ini. Tepatnya di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah kiblat. Sabar saja, mungkin memang begini cobaan yang harus kuhadapi.
"Ammah?" tanya kusadari, ternyata Azka sudah berdiri di ambang pintu dengan mata terbuka.
"Hei, Azka! Sedang apa kamu di sana? Ayo, masuk!" ajakku pula memanggilnya masuk dengan lambaian tangan.
