Farida terus memperhatikan anakku dengan seksama, dari alis yang tampak hitam sampai rambut lurus yang begitu wangi setelah di bersihkan oleh suster tadi. Kulitnya masih tampak terbungkus dengan lemak yang dia bawa dari rahim.
Dokter bilang itu biasa, sudah sewajarnya begitu dan akan mengelupas dengan sendirinya setelah dia berusia dua sampai tiga minggu nanti. Kulitnya begitu putih, sampai sedikit kemerahan karena terlalu lama berada di ruangan ber-AC.
"Dia bayi yang cantik," puji Farida sambil mengelus pipinya.
Dia tersenyum dengan manis sambil memandang bayi mungil dalam pelukanku. Ada arti lain dari pandangannya, dan entah kenapa aku merasa tidak nyaman dengan tatapan itu. Hingga saat semua orang keluar dari ruangan, maka hanya menyisakan kami berdua saja bersama bayi ini.
Habib, Umar dan kedua orang tua lelaki itu memutuskan untuk pergi mencari makan siang di sekitar sini. Sementara Farida tetap di ruangan bersamaku, kata umi biarlah dia yang menemaniku disini.