Aku sempat tidak sadarkan diri untuk beberapa menit setelah lahiran, saat itu juga bayiku sibuk di urus suster untuk di bersihkan. Sekarang dia sudah di bungkus kain bedong, alhamdulillahnya dia lahir dengan keadaan sehat, sempurna tanpa kekurangan apapun.
Aku menangis sambil menggendongnya di tanganku, kulihat baik-baik wajah bayi merah ini dengan seksama. Ada hidung Habib di wajahnya, benar-benar mirip dengan ayahnya. Kenapa di saat aku melahirkan bidadari cantik ini, Habib tidak ada bersamaku?
Kembali terbayang dalam ingatanku, bagaimana cemasnya Habib menunggu Farida selesai melahirkan di ruang operasi. Dia begitu telaten menunggui Farida, bahkan dia juga tidak berhenti berdo'a untuk keselamatan istrinya.
Tapi entah kenapa, saat aku melahirkan anak kandungnya sendiri, dia malah tidak ada di sebelahku. Rasanya aku seperti istri siri yang tidak di akui, bahkan bayi kami juga belum di adzani karena Habib yang tak kunjung datang.