Aku terdiam, merenung dan berusaha berpikir. Perut besar ini juga sama sekali tidak menghalangiku untuk tetap berpikir. Syukur Alhamdulillah-nya kandunganku sangat sehat, tidak ada masalah apapun yang memungkinkan untuk menambah beban pikiranku.
Kembali bersama Umar? Apakah itu mungkin? Aku tidak mendapatkan jawaban pasti sampai pelayan datang dengan membawa dua porsi nasi dan juga ayam goreng. Lengkap dengan es teh dan juga potongan buah semangka sebagai pencuci mulut.
Aku tidak memesan ini, tapi melihat wajah Umar yang sedikit tersenyum, membuatku tahu bahwa dia yang sudah memesan semua ini untukku.
"Ini kan ..."
"Kamu selalu meminta ayam bagian paha ketika di pesantren, bahkan kamu rela memesan paha lebih dulu saat pengurus pesantren sedang masak. Aku juga tahu kamu tidak suka minuman manis, untuk itu aku pesankan es teh tawar untukmu," kata Umar yang masih mengingat makanan kesukaanku saat di pesantren.
