Aku kira dengan memberikan sarapan sebelum pergi menandakan bahwa Habib akan baik-baik saja, dia tetap bersikap baik padaku dan masih mau menyapaku. Tapi ternyata aku salah, karena pada kenyataannya Habib sama sekali tidak menyapaku setelah dia pulang kerja.
Dia bilang akan pulang setelah waku zuhur, aku pun menyambutnya dengan menyiapkan makan siang di dapur. Dan begitu dia pulang, aku langsung ke pintu utama untuk membukakan pintu untuknya.
Kalian tahu? Aku membukakan pintu, tapi malah Farida yang datang dari belakang yang dia cium. Dia berjalan melewatiku begitu saja tanpa mau melirik, menyapa apa lagi menyambut uluran tanganku untuk mencium punggung tangannya.
Hanya bau parfum Habib saja yang tertinggal, tubuhnya sudah berada di hadapan Farida. Aku menoleh ke belakang, melihat mereka yang kelihatan semakin dekat. Habib pun tak ragu mencium dahi Farida dengan lembut, yang dicium juga hanya memejamkan mata sambil memegang pundak Habib.