Pelukan, hanya itu yang kubutuhkan. Terbukti saat Habib memelukku, aku langsung merasa lebih tenang dan aman. Bunda pun langsung menyuruh Umar pulang tanpa basa-basi lagi. Habib mengajakku ke kamar, dia menyuruhku untuk mengistirahatkan diri setelah tadi selesai menangis.
Kukira dia akan menemaniku tidur malam ini, tapi ternyata tidak. Dia meninggalkanku setelah dia mematikan lampu kamar. Apa menurutnya aku tidak butuh kehadirannya disini? Hei, aku juga seorang wanita yang sama seperti Farida, kenapa, sih dia tidak pernah kepikiran untuk menemaniku barang semalam saja?
Aku menoleh ke belakang, melihat Habib yang baru saja selesai menutup pintu. Padahal aku masih ingin di peluk olehnya, masih ingin bermanja di dekatnya, sampai aku hanya bisa mendengar detak jantungnya sebelum memejamkan mata. Tapi kesalnya dia tidak begitu, dan aku hanya bisa menggerutu sebal sebelum akhirnya menutup mata.
***