Habib mencengkram kuat kerah baju Umar sampai lelaki itu kelihatan sedikit kesulitan bernapas. Aku tentu tidak tinggal diam melihat apa yang mereka lakukan, aku terus berusaha menyuruh Habib menghentikan aksinya sambil menarik-narik tangan lelaki itu untuk melepaskan kerah baju Umar.
Habib terbakar emosi karena perkataan Umar tadi, dan itu membuatnya kalab sampai hampir menonjok Umar, lagi. Tapi hal itu masih belum dia lakukan saat mereka hanya saling bertatapan dengan bara api yang berkobaran di kedua pandangan masing-masing dari mereka.
Disini jantungku sudah breakdown karena cemas kalau sampai Habib mengulangi apa yang dia lakukan pada Umar seminggu lalu. Bisa bahaya kalau sampai hal itu terjadi, bukan tidak mungkin juga kalau sampai pecahan keramik itu membuat tubuh mereka terluka saat berguling di lantai nanti.
"Mas, sudah cukup! Jangan seperti ini, hentikan!" kataku menarik tangan Habib dengan paksa, tapi masih belum terlepas juga.
"Kamu mau membelanya?"