Tangan Habib mengepal kuat saat melihatku keluar dari mobil Umar. Untuk ke sekian kalinya dia melihatku keluar dari mobil Umar, bukan hanya di siang hari tapi juga saat malam menunjukkan pukul setengah sebelas.
Habib sudah memberi peringatan agar aku tidak dekat dengan Umar lagi, tapi apa yang kulakukan malam ini ternyata membuatnya benar-benar murka. Begitu sampai di ruang tamu, aku langsung mendapat tatapan tajam darinya yang sedang menungguku sambil duduk dengan kedua kaki yang saling menopang.
Tanpa menghiraukan dia, aku lantas berjalan menuju tangga untuk segera masuk ke kamar. Tubuhku penat, aku juga lelah karena terkurung di toilet hampir satu jam lamanya dan Habib sama sekali tidak mencariku.
Aku kecewa sekaligus kesal padanya, tapi kekesalannya ternyata jauh lebih kuat dari pada aku.
"Berhenti!" kata Habib dengan suara berat khas darinya.