Habib pikir aku akan mengiba? Habib pikir aku akan meminta maaf sambil memohon padanya dengan berlutut? Habib pikir aku serendah itu? Habib pikir seberapa penting dirinya dalam hidupku?
Tidak ada yang jauh lebih penting dari pada anakku sendiri sekarang. Aku yatim piatu, tidak punya saudara apa lagi keluarga. Hanya dia yang kupunya, tapi jika dia memang sudah tidak menginginkanku lagi, lalu untuk apa aku bertahan untuknya?
Aku hanya tidak mau Umar terlibat dalam urusan rumah tanggaku yang sudah tidak teratur ini. Aku tidak mau kalau sampai dia menjadi korban, karena kemarahan Habib bisa saja melukai banyak orang.
"Jangan katakan itu! Mas tidak akan melakukan itu," kata Habib pula membuatku semakin sesenggukan.
Bentuk jilbab yang sudah tidak teratur, membuatku dengan cepat melepasnya secara paksa. Untung saja aku memakai jilbab instan, jadi tidak perlu khawatir kalau ada jarum pentul yang mental.
