"Kalau benar ada masalah dengan kandunganmu, katakan saja. Mas tidak mau menyesal seperti Umar, dan Mas ingin menjadi suami dan ayah yang terbaik untuk kalian," kata Habib saat di mobil sambil mengelus perut buncitku yang kelihatan semakin besar setiap detiknya.
Aku pun mengangguk. Sebenarnya bukan pada kandunganku yang bermasalah, tapi pada ginjalku. Tangan kiri sibuk memegang perut bagi kiri dan memastikan bahwa ginjalku akan tetap baik-baik saja sampai bayi ini lahir.
Aku benar-benar ingin melahirkan bayi ini ke dunia, dan aku akan pastikan dia lahir dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun. Dia harus tahu seperti apa indahnya dunia, meski harus melihat beberapa hal menyedihkan juga, tapi setidaknya dia harus berjuang juga.
Tak peduli dengan kondisiku nanti, entah akan tetap selamat atau tidak, yang pasti aku hanya ingin membawa dia melihat dunia. Menoleh pada Habib, membuatku berpikir untuk memberitahunya tentang masalah ginjalku.