Kembali ke rumah sakit, aku diantar langsung oleh Umar. Kami tidak hanya berdua, karena Nara tetap harus ikut bersama kami. Mira hanya bisa menjaga Rizky di rumah, itu saja sudah kerepotan dan aku tidak mau membebaninya lagi dengan Nara yang memang sekarang sedang dalam masa aktifnya.
Nara naik stroller, di dorong oleh Umar, sementara aku membawa rantang makanan dan juga sebuah tas berukuran sedang untuk membawa baju ganti Farida dan beberapa keperluan Alina. Melihat dari luar kaca, sepertinya Farida dan Habib sedang mengobrol.
Aku juga mendengar suara mereka saling bersahutan, meski tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
"Apa maksudmu?! Bagaimana bisa hamil sebelum kita menikah?!" suara Habib terdengar begitu lantang saat aku baru saja hendak mengucap salam dengan tangan yang memegang gagang pintu.
