Kecemasan itu membuat Farida tak mau berpikir panjang lagi dan langsung membawa Habib ke rumah sakit. Dengan Umar sebagai supirnya, kami semua berangkat ke rumah sakit bersama untuk memeriksakan kondisi Habib di sana.
Cemas, khawatir, bingung dan rasa panik itu bercampur aduk menjadi satu. Hanya Farida yang tak bisa tenang sejak tadi, sementara aku menggendong Nara sambil terus berdo'a agar Habib bisa tetap baik-baik saja.
Sampai di rumah sakit, kami langsung melarikan Habib ke ruang UGD sesuai dengan arahan dokter yang menanganinya. Mereka meminta kami untuk menunggu di luar sementara mereka akan memeriksa keadaan Habib di dalam sana.
Kenapa Habib bisa sampai seperti ini? Bagaimana bisa dia jadi begini? Apa yang terjadi padanya dan Bara sampai membuatnya jadi begini? Aku sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalaku.