"Assalamu'alaikum. Satu kata itu menjadi pembuka saat kamu membaca surat ini, ketika setiap detail matamu berusaha mencermati isi surat ini. Aku tidak pernah membayangkan akan menulis surat sepanjang ini untukmu, tapi kuharap kamu tidak bosan hanya dengan membacanya saja."
Aku mulai membaca surat yang Umar berikan ketika sholat maghrib baru saja selesai kutunaikan. Di kamar, aku duduk di atas sajadah setelah mengadu pada Allah, rasa penasaran terhadap isi surat yang Umar tulis membuatku langsung membacanya.
"Sejauh ini aku melihat bagaimana perkembangan pernikahanmu dan Habib, aku merasa jika kalian tidak akan bertahan lama. Tak pernah sekalipun aku mendo'akan hal buruk untukmu, tapi firasatku kali ini benar. Demi Allah, aku tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau Habib bisa berpaling darimu."
