"Tersembunyi, misterius, sulit untuk di nalar. Dirinya datang membawa banyak hal tentang analisis dan penalaran. Semua itu bagai perasaan, yang aku harap tak sekedar angan"_Rivaille River.
√><√><√><√
"Hei, aku disini!" Gadis itu berdiri di balkon dan melambaikan tangan ke arahku.
Gadis itu berteriak terus menyebut namaku, ia tampak begitu antusias melambaikan tangan ke arahku, sampai aku merasa ia akan jatuh karena terlalu mencondongkan tubuhnya. Namun, aku tak ingin tampak peduli pada apa yang ia lakukan, aku lebih memilih untuk berpura-pura tak mengetahui keberadaanya.
Gadis itu adalah tetanggaku, ia mengaku telah bertetangga denganku sekitar 7 bulan sampau 1 tahun yang lalu, namun aku tak pernah melihat ia, atau mungkin aku hanya tak menyadari keberadaannya dan keluarganya yang pindah ke rumah itu tahun lalu. Rumahnya berada tepat di depan rumahku, hingga balkon kamar kami saling berhadapan, aku tak pernah menyadari keberadaannya.
Padahal jika di pikir lagi, gadis itu terlalu mencolok, karena sikapnya yang sangat tidak mau diam, namun suatu hari takdir mempertemukan aku dengannya di acara kembang api malam tahun baru di kampus kami.
Aku sebenarnya tak tertarik untuk menghadiri acara kembang api akhir tahun, tapi entah kenapa aku berpikir lebih baik aku datang, lagipula aku akan bisa menghemat uangku dengan makan makanan gratis yang tersedia di sana. Seperti biasa, kehadiranku di antara para mahasiswa lain tak membuat perbedaan, aku datang atau tidak, mereka akan tetap tak menyadari keberadaanku.
Setibanya di sana, aku langsung menuju food stand, aku langsung mengambil piring, dan kemudian segera memilih beberapa makanan. Food stand tidak begitu ramai, karena memang orang normal atau biasanya orang akan mulai mengambil makanan setelah atau saat kembang api akhir tahun itu di nyalakan. Namjn aku tak menyangka akan ada beberapa gadis di food stand.
"Aku langsung makan saja ya?" Terdengar suara dari segerombolan gadis di belakangku.
"Aahh, kau ini selalu saja begitu.. baiklah, kami akan menunggumu disana" Seru gadis yang lain. Aku tak melihat mereka karena mereka ada di belakangku.
"Tak menungguku juga tidak apa-apa kok!" Seru gadis yang pertama bicara. Kemudian terdengar suara langkah kaki mereka yang menjauh. Aku bernapas lega, namun tiba-tiba,
"Hai!" Seorang gadis berdiri di sebelah kiriku, ia tersenyum lebar, menunjukan beberapa deret giginya yang putih bersih.
Aku tak menanggapi sapaannya, sebenarnya itu karena aku sedikit terkejut, namun aku berusaha bersikap biasa dan lebih memilih berpura-pura tak mengetahui siapa yang ia ajak bicara. Aku kembali melanjutkan aktivitasku, yakni memilih makanan.
"Hei, kau tuli hah?!" Teriaknya tepat di telingaku, aku buru-buru menggosok telingaku yang rasanya seperti akan rusak.
Namun, aku tak membalas ucapannya, aku hanha sekadar menoleh ke arahnya sebentar dan kembali melanjutkan pekerjaan yang sedang ku lakukan.
"Anak muda jaman sekarang benar-benar tidak sopan, apakah ibumu tak mengajari sopan santun? Begitukah, caranya membalas sapaan?!" Gadis itu mengomel tak karuan layaknya nenek tua, yang jiwanya berada di dalam seorang gadis muda.
"Maaf" Sahutku pelan.
Gadis yang sedang memalingkan wajahnya itu pun menoleh ke arahku dengan ekspresi terkejut, ekspresi dengan mulut yang sedikit terbuka. Melihat pemandangan di hadapanku, aku benar-benar tak dapat menahan tawa, dan akhirnya tawaku lepas begitu saja. Gadis itu merengut, ia memaju-majukan bibirnya. Sedangkan aku hanya sedikit terpana melihat pemandangan itu. Lucu. Batinku.
Entah apa yang terjadi setelah itu, aku benar-benar tak terlalu mengingatnya. Aku hanya ingat, semua pertengkaran saat mengambil makanan berakhir dengan kami berdua yang makan bersama, sambil menikmati kembang api akhir tahun, menyambut tahun baru.
Aku yang makan sambil sambil memperhatikannya pun sedikit berpikir, gadis ini bukan gadis biasa, ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya. Gadis ini memilih makanan yang semuanya berbahan dasar daging, ia juga tak menambahkan sedikit pub sayuran ke dalam makanannya.
"Kau benar-benar akan menghabiskan itu semua?" Aku merasa sedikit mual melihat cara ia makan.
"Ib-buku.. bilang, menghabiskan.. mak-kan-an adalah ke-wa-ji-ban" Gadis itu tersenyum di sela-sela makannya.
"Itu menjijikan" Aku membuang muka ke arah lain.
" Hah? apa?" Gadi itu memajukan tubuhnya ke arahku.
"Cara makanmu itu.. Sungguh menjijikan" Aku tetap bertahan tak menoleh ke arah wajahnya.
"Apa kau bilang?!" Sepertinya gadis itu naik pitam.
"Aku hanya berkata jujur, lagipula bicara saat makan itu sungguh tak beradab, tunggulah sampai kau telah menelan habis semuanya"
"Terserah kau saja, makan saja makananmu, tak perlu mempedulikan aku" Gadis itu membuang muka, lalu makan dengan membelakangiku.
Setelah menghabiskan makanan masing-masing, kami berdua memilih untuk menonton kembang api, meskipun sebenarnya sudah selesai, sekarang para penonton sedang mengambil makanan di food stand, dan giliran kami berdua menonton sisa-sisa kembang api itu. Di pertengahan menonton, aku melihat gadis itu memperhatikan ke sekeliling.
"Ada apa?" Tanyaku heran, mengikuti arah pandangnya.
"Tetap di sini, aku akan kembali lagi nanti! Kau tak boleh pergi kemana-mana, kau harus menungguku, kita sudah berjanji pulang bersama kan?" Teriaknya sambil berlari menjauh.
Aku hanya bisa memandangi punggungnya yang tampak mengecil karena semakin menjauh.
Aku masih di sini, sebenarnya aku tak paham alasan aku mengapa aku masih menunggu dirinya, sedangkan para mahasiswa lain sudah banyak yang memilih pulang.
"Kau? Kau tadi bersama temanku kan? Dimana dia sekarang?" Tanya seorang gadis yang tiba-tiba menghampiriku dengan cemas. Aku berpikir ia adalah teman gadis itu.
"Temanmu? Owh, sekitar 30 menit lalu ia buru-buru pergi, entahlah kemana perginya, namun sialnya ia menyuruhku menunggunya." Ucapku, sambil menunjukkan ke arah mana gadis tadi pergi, lalu gadis temannya itu buru-buru pergi mengikutinya.
Sumpah, gadis itu membuatku penasaran saja. Persetan dengan janjiku bahwa aku akan diam dan menunggunya di sini, daripada mati penasaran lebih baik aku mencari tahu. Umpatku dalam hati.
Langsung saja aku pergi menuju arah kemana perginya gadis itu, aku berlari mengikuti kemana jalan mengarah, meski tak tahu ke arah mana gadis itu pergi. Setelah lama berlari, aku terkejut karena tempat ini sangat ramai, buru-buru aku menghampiri keramaian massa itu.
Disana aku tahu, inti dari keramaian massa itu ialah sebuah rumah. Aku langsung memandangi sekeliling rumah itu, dan di buat terkejut lagi oleh adanya tiga mobil polisi dan satu ambulans. Aku berusaha menyelinap dari banyaknya orang yang berkerumun di sekitar situ, setelahnya aku melihat garis kuning polisi terpasang mengelilingi rumah itu. Kemudian aku melihat gadis tadi teman dari gadis yang aku cari sekarang ia seperti sedang khawatir dan cemas, namun aku tak menemukan gadis yang dicarinya.
"Dimana gadis itu?" Tanyaku pada temannya.
"Dia.. Di.. di dalam.." Ucapnya kaku, dan terbata-bata.
Bersambung~
Preview eps selanjutnya:
"Memalukan sekali bukan? menjadi polisi yang lamban?! Tugasmu sebagai polisi adalah menegakkan keadilan dan segera menemukam pelakunya, bukan bermain-main dengan anak mahasiswa tengik seperti kami.." Aku terkejut mendengar perkataanya yang lancang, bagaimana bisa ia mengatakan itu pada seorang polisi.