Waktu menunjukkan pukul 21.30, Wina membuka pintu pagar dengan sangat pelan. Bahkan nyaris tanpa suara. Wanita itu sengaja tidak menimbulkan suara supaya Heru tidak terbangun. Bukan tanpa sebab ia melakukan ini.
Pasalnya Wina malas jika harus bertemu Heru. Nanti pasti Heru akan bertanya dan berpikiran macam-macam. Ia sudah terlalu lelah untuk memberikan penjelasan pada suami posesifnya itu. Ternyata waktu selama 20 tahun belum cukup untuk merubah seorang Heru Pratama.
Padahal Wina sudah sangat pelan menutup pintu utama, tapi ia di kejutkan dengan sebuah suara yang sudah akrab ia dengar.
"Dari mana kamu?" tanya Heru dengan suara sinis
"A-aku habis ketemu anak aku. Kenapa Her?"
Sekujur tubuh Wina mendadak keluar keringat dingin. Ia telah mengenal Heru bertahun-tahun dan pria itu paling tidak suka jika dirinya di bohongi.
"Bohong! Pasti kamu habis ketemu sama laki-laki itukan?"
Sambil menuduh Wina, Heru tidak segan-segan mencengkram tangan Wina, hingga tangan wanita itu kemerahan.
"Sakit! Lepasin aku, Her!" kata Wina smbil berusaha melepaskan diri.
"Sakit kamu bilang? Lebih sakit mana sama hati aku?! Dasat j*****!"
PLAK.
Lagi-lagi Heru menampar Wina. Tamparan yang lumayan keras, hingga meninggalkan jejak kemerahan di pipi Wina.
Wanita itu hanya bisa menangis sambil terduduk di lamtai. Kini ia hanya bisa menyesali keputusannya untuk meninggalkan Arga.
***
Claudi sedari tadi mondar mandir tidak bisa duduk dengan tenang di ruang tunggu. Saat ini ia sedang menunggu pesawat yang akan membawanya terbang ke Padang.
Gadis itu tidak sabar ingin bertemu dengan tunangannya yang saat ini mungkin sedang bermesraan bersama 'pelakor'.
Karena sudah tidak sabar, Claudi memilih untuk menggunakan pesawat jet pribadi milik keluarganya.
"Maaf bu, tiket pesawatnya tidak bisa di kembalikan. Hangus tidak apa-apa, bu?" tanya salah satu petugas
"Saya gak perduli! Sekarang keluarkan pesawatnya, cepat!"
"B-baik bu."
Pesawat pribadi? Ya, memang keluarga Claudi memiliki sebuat pesawat pribadi yang disimpan di Bandara.
Dulunya, pesawat ini adalah milik kakek Claudi, tapi karena sekarang kakeknya telah tiada maka biasa di pakai untuk keperluan keluarganya yang sedang ada perjalanan bisnis atau keperluan mendesak.
Saat ini Claudi sudah duduk di kursi penumpang. Ia jadi sedikit bernostalgia tentang kebersamaannya di dalam pesawat ini dengan kakeknya dulu.
Saking asyiknya melamun, ia sampai tidak sadar kalau pesawat telah lepas landas sejak tadi.
Sekitar 1 jam kemudian, pesawat yang ditumpangi Claudi telah mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Setelah pesawat itu berhenti gadis itu langsung berlari menuju mobil jemputan yang terparkir di sebelah pesawat jet pribadinya.
Saat ia akan menaiki mobil, tiba-tiba ada sebuah pesan dari Satria. Laki-laki itu mengabarkan kalau mereka, rombongan Alex dan Rachel, sedang menuju restoran untuk makan.
"Tunggu lo Hel, bentar lagi gue abisin lo!"
***
Rombongan kantor Nirwana Santoso Grup saat ini sedang bersama menuruni anak tangga yang sangat banyak dan cukup curam. Alex dan Rachel berjalan lebih dulu di depan. Sudah bisa ditebak siapa yang mengajak siapa, begitu juga dengan alasannya.
Tepat pada saat mereka sampai di dalam mini bus, hujan kembali membasahi bumi. Maklumlah, sekarang sedang musim hujan.
"Kalau hujan gini enak makan yang anget-anget!" komentar salah satu karyawan dengan suara lantang. Sengaja, supaya terdengar oleh Alex.
Laki-laki itu tersenyum tipis, "Mau mampir dulu?"
Seluruh karyawan pun bersorak kegirangan. Akhirnya hal bahagia yang ditunggu datang.
Senyum Alex pun bertambah lebar ketika ia melihat para karyawannya bersorak bahagia.
Tapi pada saat laki-laki itu hendak memalingkan kepalanya, ia tidak sengaja melihat Rachel yang kini sudah tertidur pulas disebelahnya. Melihat wajah damai Rachel membuat perasaan Alex tenang, seolah-olah tidak memiliki beban.
Tidak lama kemudian, bus mereka pun sampai di rumah makan yang sudah di request para karyawan. Satu per satu dari mereka pun turun, hingga tinggallah Alex dan Rachel berdua.
Alex sengaja tidak ingin membangunkan Rachel, karena ia berpikir kalau perempuan itu pasti kelelahan.
Tiba-tiba, ponsel milik Alex berdering. Buru-buru ia merejectnya, takut Rachel terbangun. Tapi ia terlambat karena perempuan disebelahnya itu sekarang sudah membuka kedua matanya.
"Siapa?Kok gak diangkat? Hoam..."
"Kamu ke bangun ya? Maaf, lupa aku ganti ke mode getar."
Claudi yang mendengar percakapan itu pun tambah emosi. Berani sekali perempuan itu merebut tunangannya!
Kalian heran kenapa Claudi bisa mendengar percakapan Alex dan Rachel?
Itu adalah kesalahan Alex. Laki-laki itu salah memilih ikon di ponselnya. Dan cerobohnya ia sama sekali tidak memeriksa ponselnya kembali.
Mereka berdua pun turun dari bus dan segera bergabung dengan rombongan. Setelah menunggu, makanan pu akhirnya tersaji di hadapan mereka.
Semua karyawan makan dengan lahap samnil mengobrol dan ada juga yang saling bercanda.
Alex dan Rachel telah selesai makan, mereka izin pergi ke toilet. Yang letaknya diluar, beda bangunan dengan restoran.
Sebenarnya hanya gadis itu yang ingin ke toilet. Alex hanya menemaninya saja. Ia beralasan kalau perempuan tidak boleh keluar sendiri saat magrib.
"Hel, aku mau tanya, punya hubungan apa kamu sama Satria? Kok akhir-akhir ini aku sering lihat dia?"
Mendengar nama calon suaminya disebut membuat langkah kaki Rachel terhenti. Dari balik semak-semak rupanya ada Satria yang mencuri dengar pembicaraan mereka.
'Ayo Jel, bilang kalo alu calon suami kamu!' teriak Satria dalam hati.
"Gak ada. Mending kamu gak usah deket-deket sama aku. Jadi orang tahu diri dong!" kat Rachel dengan emosi.
Setelah itu Rachel langsung berlari seorang diri. Alex juga heran akan perubahan sikap Rachel.
"Kamu kenapa sih, Hel?"
Setelah itu Alex membalikkan badannya dan hendak kembali. Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati Satria yang sudah berdiri dihadapannya.
"Jangan gangguin calon istri gue!"
"Maksudmu?"
***