Keesokan harinya di rumah keluarga Arga.
Pagi ini tidak seperti biasanya Tania sudah bagun pagi-pagi sekali. Baru jam 7 pagi, ia sudah berada di walk in closet untuk mencari pakaian yang kira-kira pantas. Setelah itu gadis itu pun masuk ke dalam kamar mandi.
Kata yang tepat untuk mendeskripsikan area walk in closetnya adalah berantakan. Sangat berantakan, seolah-olah lemari itu baru saja memuntahkan isinya. Pakaian ada di mana-mana.
Setelah Tania selesai mandi, ia tertegun ketika melihat kondisi walk in closet.
"Apakah ini ulahku?"
Gadis itu menghela nafas panjang dan mulai memunguti dan menggantung baju-bajunya ke dalam lemari.
"Jatuh cinta yang merepotkan!" monolog Tania
"Siapa yang jatuh cinta?"
Tiba-tiba Wina, Mama Tania muncul. Sontak Tania berlari mendekati wanita yang telah melahirkannya dan memeluknya erat.
"Mama! Nia kangen banget!"
Kalau kalian bertanya apa Tania sudah tahu tetang perceraian orang tuanya, maka jawabannya sudah. Mulanya Tania sangat tidak setuju, tapi setelah bertemu dengan Adit entah kenapa tiba-tiba ia jadi setuju.
"Mau ke mana sih, kok pagi-pagi udah cari baju? Sampe berantakan lagi."
"Hehehe ... Sebenar-"
"Wait, anak Mama yang satu ini ... Lagi jatuh cinta ya?" goda Wina pada anak perempuannya.
Blush.
Wajah Tania tiba-tiba langsung merona begitu mendengar pertanyaan atau lebih tepatnya godaan dari Mamanya.
"Hahaha ... Anak Mama yang satu ini lucu banget, sih? Gemes jadinya." ucap Wina sambil mencubit kedra pipi Tania.
"Ma, mumpung Mama di sini, bantuin Nia cari baju dong?" rengek Tania
"Ok, darling." dan disetujui oleh Wina.
***
Tania baru saja turun dari mobil. Banyak pasang mata yang melihat kepadanya, ada yang kagum dan ada juga yang iri akan kecantikannya. Terlebih lagi saat ini ia sedang mengenakan pakaian yang sangat mewah dan mencolok.
Sebenarnya Tania sedikit risih mengenakan pakaian itu. Tapi menurut Mamanya sah-sah saja memakai gaun itu. Bayangkan saja, hanya sekedar ke cafe harus mengenakan gaun seperti orang mau ke pesta. Yang ada nanti Adit malah illfeel lagi.
Tania langsung masuk ke dslam cafe itu. Dan benar saja , ketika Tania memasuki cafe itu perhatian semua orang langsung tertuju padanya, tidak terkecuali Adit. Laki-laki itu melihat Tania dengan pandangan yang sulit untuk di artikan. Entah kagum atau malah sebaliknya.
"Hai, Dit ..." Tania dengan ragu-ragu menyapa Adit.
Namun, tidak ada jawaban. Gadis itu kemudian melambai-lambaikan tangannya di depan wakah Adit.
"Eh, oh, ya kenapa-kenapa?"
Tania tertawa kecil melihat tingkah Adit yang gelagapan. Tidak di duga, Adit ternyata memiliki sisi lain yang menggemaskan dalam dirinya.
Setelah itu, Tania ingin menarik kursi untuk duduk tapi terhenti karena suara orang meng gebrak meja. Gadis itu terdiam ketika melihat pada seorang gadis yang baru saja memukul meja.
BRAK.
Claudi menggebrak meja cafe dengan sangat kuat. Sebelum berangkat ke Padalarang, Claudi mampir sebentar ke cafe untuk membeli makanan. Saat sedang menunggu tiba-tiba ada sebuah notofikasi pesan masuk di ponselnya.
Saat ia membuka pesan itu, alangkah terkejutnya ia ketika melihat Alex dan Rachel sedang dalam pose yang sangat dekat dan terlihat sangat romantis. Karena melihat itu, Claudi sudah tidak dapat menahan emosinya lagi.
"Rachel, awas ya lo! Liat apa yang bakalan gue lakuin sama lo!"
Claudi mengepalkan sebelah tangannya, lalu sebelah tangannya lagi mencari nomor ponsel seseorang dan meneleponnya.
Karena sudah biasa bagi Claudi menjadi pusat perhatian, ia tidak menyadari sepasang mata sedang memperhatikannya dengan pandangan yang cukup tajam. Ternyata, Tania juga berada di cafe yang sama dengan dirinya.
"Halo, Mama? Aku mau ketemu sama Mama bisa?"
"..."
Setelah mendapat jawaban Claudi pun memutuskan panggilan itu dan memesan segelas air dingin.
Tidak lama kemudian, Wina pun datang. Mereka pun mulai membicarakan sesuatu, dari awalnya membicarakan sampai merencanakan.
"Gimana menurut Mama. Oke gak rencana aku?"
Wina terlihat berpikir, ia sedang menimbang-nimbang konsekuensi atas apa yang akan dilakukan oleh calon menantunya.
Karena Wina terlalu lama memikirkan konsekuensinya, Claudi yang tidak sabaran pun langsung memasang wajah memelasnya andalannya.
"Baiklah, tapi rencana ini harus berhasil, ya."
"Siap, Ma."
Malam harinya di pinggir kolam renang rumah Claudi, gadis itu sedari tadi sibuk dengan ponsel dan laptopnya. Menghubungi
setiap nomor yang ia temukan dari internet. Apa yang sedang dicari gadis itu?
Claudi tersenyum licik dikala ia menemukan sebuah nomor telepon. Dan ia mulai mencatatnya pada ponselnya dan menelepon nomor asing itu.
"Halo, ya? Saya mau menyewa jasa anda."
"Baik. Apa tugasnya?"
Claudi terlihat bernegosiasi dengan penculik itu. Tunggu penculik? Ya benar, rencana yang tadi siang di bicarakan dengan Wina adalah rencana untuk menculik Rachel.
Claudi sudah tidak tahan melihat sikap Rachel yang selalu saja mendekati Alex. Ia tidak tahu saja kalau selama ini, Alexlah yang selalu mengejar-ngejar Rachel.
Sebenarnya Claudi mengetahuinya, tapi ia tetap saja marah pada Rachel. Seperti mencari-cari tempat untuk melampiaskan seluruh amarahnya. Tapi kenapa harus Rachel? Entahlah, yang jelas ia selalu merasa nyaman ketika mengusik Rachel.
"Kamu hanya perlu menculiknya dan mengancamnya."
"Baik. Tolong berikan alamatnya."
***