Beberapa hari setelah rapat.
Kring...
Rachel, gadis itu terbangun akibat bunyi alarm yang dipasangnya semalam. Dengan mata yang masih tertutup rapat, gadis itu terpaksa bangun. Dengan masih menguap, ia segera bangun dan keluar ke kamar mandi.
Pada saat ia membuka pimtu kamarnya, gadis itu harus dikejutkan oleh kakaknya yang duduk dikursi depan kamarnya.
"Kak, ini masih pagi. Ngapain coba?"
"Hel ... Kayaknya gue jatuh cinta deh."
Rachel yang mendengar itu hanya berjalan seolah tidak perduli dengan omongan Adit barusan.
30 menit kemudian, gadis itu pun keluar dengan menggunakan baju kantor. Di lihatnya Adit masih duduk di kursi depan kamarnya sambil sesekali tersenyum.
"Jatuh cinta sama siapa sih lo?"
"Dia cewek terunik yang pernah gue kenal, Hel."
"Temen kerja?"
Adit pun menggeleng, "Salah satu pelanggan, Tania namanya."
Rachel pun terkekeh sembari menggrlengkan kepalanya, "Ya kalau suka tinggal ngomong."
Adit menatap adiknya itu, "Hhh ... Masalahnya, situasi diantara kami ini."
"Lah lo ngapaun pagi-pagi gini udah rapih?" tanya Adit setelah melihat penampilan adiknya
"Gue ada perjalanan bisnis ke Padang, kak."
"Berapa lama? Sama siapa? Alex?" tanya Adit penuh selidik
"1 minggu. Dasar kepo! Gue mau siap-siap, bye!"
Rachel pun segera masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sebenarnya ia sendiri agak risih jika Alex ikut. Tapi, ia akan mencoba bersikap profesional. Apalagi tempat yang akan mereka tuju adalah usulan darinya.
Rachel keluar kamar dengan menenteng sebuah tas runsel yang berisi baju-bajunya. Ibunya sudah mengetahui tentang perjalanan bisnisnya, jadi ia tidak perlu pamit lagipula Ibunya juga masih tidur.
***
Selama perjalanan menuju bandara, Rachel ingin sekali tidur tapi anehnya ia tidak dapat tertidur. Bahkan jantungnya sama sekali tidak mau tenang. Raganya ada di satu tempat, tapi pikirannya ada di tempat lain. Gadis itu sudah berusaha untuk tidur ataupun mengalihkan pikirannya, akan tetapi ia tidak bisa. Dalam pikirannya hanya ada satu nama, Alex. Mungkinkah ini yang namanya cinta?
Tanpa gadis itu sadari, bus yang membawanya telah tiba di bandara. Satu persatu penumpang mulai menenteng barang mereka kemudian segera turun, termasuk juga Rachel. Ketika ia selesai mengambil tas miliknya di bagasi bus, sekilas Rachel seperti melihat bayangan Satria.
Akan tetapi menit selanjutnya, gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Mana mungkin kak Satria disini, kan? Jadi, gadis itu
segera mengambil bawaannya dan segera masuk untuk mencari teman-temannya.
Begitu Rachel masuk, di lihatnya Alex, bu Jia, dan empat orang lainnya sedang berdiri menggunakan baju dengan warna senada. Ingin rasanya Rachel tertawa. Bagaimana tidak, sekaramg mereka seperti member grup idol yang sedang menunggu anggotanya yang telat.
Dengan senyuman tertahan, Rachel pun setengah berlari menghampiri mereka.
"Maaf semua, saya terlambat." ucap Rachel yang baru sampai. Tepat diantara Alex dan Jia.
"Dasar lambat!" cibir Alex sambil berjalan melewati Rachel.
Ingin rasanya Rachel memukul kepala Alex sekali saja, tapi sayang banyak pasang mata yang mungkin sedang melihat kegiatan di sekitar yang memperhatikan mereka.
"Bu Jia, apa Satria anak Ibu juga ikut?"
Sontak pertanyaan itu membuat para staf menolehkan kepala mereka ke arah Jia.
Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Terlihat jelas raut kebingungan pada wajahnya dan beberapa menit kemudian ia segera permisi ke toilet.
Tepat pada saat itu, tempat yang tadi di duduki oleh Jia kosong dan Alex ingin duduk di kursi itu. Namun, laki-laki itu melihat Rachel yang sepertinya kecapekan harus berdiri, akibat tidak mendapat kursi untuk duduk.
"Rachel, sini sebentar." panggil Alex
Karena dipanggil, Rachel pun segera datang mendekati Alex.
"A-"
Belum selesai Rachel memberikan pertanyaan, sebelah bahunya sudah lebih dulu ditekan oleh Alex. Sehingga gadis itu jatuh terduduh di kursi kosong itu.
"Kamu disini dulu, jaga tempat. Saya mau ke toilet dulu."
Rachel tidak bisa berkata apa-apa. Wajahnya memerah tanpa ia sadari.
***
Saat ini mereka sedang terbang di udara menuju kota Padang. Sebenarnya ada alasan Rachel memilih kota Padang. Selain kulinernya yang enak, ia dari dulu ingin sekali ziarah ke makam Siti Nurbaya. Aneh memang keinginan gadis yang lahir di kota hujan ini.
Jika para penumpang lain sudah tertidur, beda dengan Rachel. Ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Selain karena terlalu senang, kepala laki-laki di sebelahnya ini entah kenapa bisa jatuh kepundaknya! OMG!
Gadis itu tidak berani membangunkan atasannya itu, apalagi hanya sekedaremindahkan kepala itu. Di situasi seperti ini yang paling Rachel benci. Lagipula, kenapa harus ia yang duduk di kelas bisnis bersama Alex? Kan bisa sekertarisnya atau Jia saja yang duduk di sampingnya.
Ditengah-tengah pikirannya yang berkecamuk, Rachel sama sekali tidak menyadari seseorang sedari tadi sedang memotretnya dari belakang. Kemudian orang itu segera kembali ke tempat duduknya di belakang pesawat.
Saat orang itu membuka tudung kepala serta topinya, bisa di lihat dengan jelas kalau itu adalah Satria! Berarti tadi, Rachel dan Alex tidak salah melihat orang.
"Hm, foto ini akan aku kirim ke Claudi." pikir Satria dalam hatinya.
Kemudian ia segera melepaskan jaketnya dan memakai kaca mata hitamnya.
'Perbedaan Claudia dan Rachel terlalu jauh gak heran kalo Alex lebih milih Rachel, gue pun sama. Tapi gue masih suka kasihan aja sih sama lo, Clau'
***
Rachel bersama yang lainnya sudah tiba di hotel. Senuah kejadian pun terjadi dari mereka tiba di kota ini sampai detik ini. Entah mengapa semua yang terjadi pada diri Rachel terasa sangat asing untuknya. Apa karena ia mendatangi kota baru? Tapi seingat Rachel, dulu saat pertama tiba di Jakarta rasanya tidak aneh seperti ini.
Tiba-tiba saja dalam pikiran Rachel, terlintas rekaman kejadian beberapa saat yang lalu di loby hotel.
Rachel akan berlari menggunakan tas sebagai payung, karena gerimis. Pada saat ia membuka pintu, tiba-tiba sudah ada sebuah payung yang meneduhinya dari gerimis.
"Ayo, Hel aku anter" kata Alex yang entah muncul dari mana.
Dan yang kedua adalah saat dimana mereka menunggu kamar mereka selesai dipersiapkan.
Pada saat itu, teman kerja Rachel yang lain sedang berkeliling loby hotel. Jadi, tinggallah Rachel dan Alex berdua. Rachel sedang memainkan ponselnya, sedangkan Alex sedang membaca sebuah majalah dari atas meja.
Tiba-tiba saja Rachel merasakan sesuatu yang tidak beres dengan perutnya. Buru-buru ia segera membuka kalender di ponselnya. Seketika itu Rachel langsung mengumpat. Bagaimana mungkin ia bisa lupa dengan tamu bulanannya?
Lantas ia menepuk jidatnya dan itu semua tidak lepas dari pandangan Alex padanya.
Dan bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya? Ya, benar. Alex langsung melepas jalet miliknya dan melingkarkan jaket itu pada pinggang ramping Rachel. Hal itu sukses membuat Rachel terkejut sekaligus malu.
Sementara itu di Jakarta ...
Heru dan Wina baru saja bangun dari tidur mereka. Semalam mereka habis bergadang menonton film, jadi mereka bangun agak siang pagi ini.
Wina bangun terlebih dulu karena harus menyiapkan sarapan untuknya dan Heru. Hal yang sama sekali tidak pernah ia lakukan untuk Arga. Padahal Arga adalah suami sahnya, bahkan untuk anak-anaknya saja tidak pernah.
Beberapa menit kemudian, Wina telah selesai dan Heru telah duduk manis di meja makan. Saat Wina hendak memberikan morning kiss untuk Heru, tiba-tiba saja bel pintu rumah mereka berbunyi. Dengan malas dan bersungut-sungut, peia yang sekarang sudah berstatus suami Wina itu segera membuka pintu.
Betapa terkejutnya Heru ketika membuka pintu, seorang pria dengan tuxedo berwarna coklat sedang berdiri dihadapannya. Ia mengenal pria ini lewat foto yang diberikan Wina waktu itu.
"Siapa sayang?" tanya Wina dengan nada mesranya.
Yang ditanya bukannya menjawab, jadi Wina pergi menghampiri Heru yang berdiri pada pintu utama dan membuka pintu itu lebih lebar lagi.
Kali ini Wina tidak terkejut lagi dengan kedatangan Arga.
"Ada apa ke sini?" tanya Wina dengan malas
"Bahkan sekarang kamu sudah tinggal sama dia?"
Wajah kekecewaan Arga sangat jelas terlihat, akan sikap istrinya itu.
"Ini, lebih cepat lebih baik."
Arga menyodorkan sebuah amplop coklat dan setelahnya ia segera pergi dari sana. Wina membuka amplop itu dan membacanya, kemudian ingin kembali ke dapur. Tapi tangannya ditahan oleh Heru.
"Kamu ... kenapa mau apa ke sini?"
Wina memutar kedua bola matanya malas. Dari dulu sikap Heru masih sama, suka cemburu tidak jelas.
"Dia cuma mau nganter surat perceraian doang, gak perlu cemburu kayak gitu ah."
Tiba-tiba saja Heru langsung mencengkram tubuh Wina, "Denger ya, aku gak suka liat dia, apalagi sampai datang ke rumah kita!"
Setelah itu dihempaskannya tubuh Wina ke sembarang arah. Bahkam hingga tubuh Wina membentur tembok. Kemudian Heru segera masuk ke kamar mereka dan menutup pintu dengan cara membantingnya kuat-kuat.
***