Setelah acara selesai, Mira dan Jia segera pamit pergi. Katanya ingin mencari keperluan pernikahan anak-anak mereka. Tapi ditengah-tengah perjalanan, Mira berkata kalau ia melupakan sesuatu yang penting. Jadi wanita itu berkata kepada Jia untuk pergi lebih dulu dan ia kembali ke rumah. Sebenarnya, Mira berbohong pada Jia. Alasannya ia ingin pergi menemui Wina sendirian.
Jadi, disinilah wanita itu. Duduk di sebuah cafe menanti kedatangan Wina. Sembari meminum kopi susu yang dijual di cafe itu. Setengah dari minumannya sudah habis diminumnya, tapi batang hidung orang yang ditunggunya masih belum juga terlihat. Mira kesal karena ia sudah dibuat menunggu, padahal Wina sendiri yang berkata jangan terlambat.
Saat hendak mengangkat cangkir, ada sebuah bayangan seseorang berdiri dihadapannya yang membuat wanita yang berprofesi sebagai sekertaris itu mendongakkan kepalanya, lalu tersenyum ramah.
"Ibu Wina, apa kabar bu." kata Mira sambil menyodorkan tangan hendak menjabat tangan Wina.
Akan tetapi uluran tangannya sama sekali tidak diindahkan Wina. Wanita itu malah berjalan kearah tempat duduk yang kosong dan duduk sambil mengangkat sebelah kakinya.
"Langsung saja, saya gak punya banyak waktu."
Tanpa berlama-lama lagi, Mira langsung membuka ponselnya, mencari sesuatu disana dan memperlihatkan sebuah foto disana.
"Foto ini diambil tadi pagi, sekarang Rachel sudah punya tunanggan."
Mendengar hal itu, Wina sedikit terkejut. Ia tidak pernah menyangka Mira akan menepati janjinya padanya.
"Tolong Ibu jaga anak Ibu baik-baik." kata Mira pada Wina
Entah mengapa, kalimat itu terdengar seperti sebuah sindiran bagi Wina. Tidak terima, Wina segera menarik rambut Mira yang hendak meninggalkan meja hingga wanita itu menjerit kesakitan.
Suasana cafe yang tadinya tenang, mendadak jadi ramai karena ulah Wina dan Mira. Untungnya salah satu pelanggan disana ada yang mau membantu melerai mereka berdua.
***
Seorang wanita dengan pakaian dan rambut yang berantakan berjalan dengan langkah lebar, memasuki loby kantor Nirwana Santoso Grup. Dari raut wajahnya, terlihat jelas kalau wanita itu sedang kesal.
Tanpa melaporkan maksud kedatangannya, ia berjalan memasuki lift pimpinan. Saat sedang menungga lift, banyak karyawan yang berbisik-bisik mengenai penampilan Wina. Tetapi, wanita itu sudah tidak perduli dengan penampilannya yang seperti orang gila.
Begitu sampai, Wina segera menerobos masuk membuat fokus Arga jadi terganggu. Pria itu langsung bergegas menghampiri Wina yang sedang duduk di salah satu sofa ruangannya.
"Sekarang juga kamu cepat pecat Mira!" Wina berbicara dengan nada yang cepat dan menahan amarah.
"Kenapa?"
"Dia sudah menghina aku dengan berkata aku tidak bisa menjaga anak kita."
Mendengar hal itu, Arga tertawa terbahak-bahak sehingga membuat Wina bingung melihatnya.
"Dari pada kamu .mengurus hal itu, lebih baik cepat kamu tanda tangani ini."
Arga kemudian mengambil sebuah amplop coklat dari meja disampingnya dan memberikannya ke Wina. Wina yang tidak tahu apa-apa tentang isi surat itu langsung menerima dan membukanya.
Ia terkejut bukan main setelah mengetahui isi surat tersebut.
"APA-APAAN INI?!" saking terkejutnya, wanita itu sampai berdiri dari duduknya.
Arga hanya bisa menghela nafas kasar lalu mengangkat kedua bahunya.
Setelah melihat jawaban dari Arga, Wina pun langsung merobek kertas itu dan membuangnya tepat di wajah Arga.
"Makan tuh cerai! Sampai kapan pun aku gak akan ceraiin kamu!"
Setelah itu, Wina langsung berlari menunggalkan ruangan itu.
"Mau disobek berapa kali pun, aku tetap akan menceraikan kamu, Win."
***
Jam pada dinding kamar menunjukkam pukul tiga lebih sepuluh menit. Saat ini, Heru sedang berusaha untuk tidur. Tapi tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka kasar dan dibanting setelahnya. Jadi, mau tidak mau ia harus bangun dan memeriksa.
Laki-laki itu menyeret kakinya untuk menuruni tangga dan menemukan Wina duduk di ruang tamu.
"Baru pulang, tadi habis dari mana?"
"Kamu gak perlu tau!"
"Sayangku kamu ngambek? Siapa yang bikin kamu ngabek kayak gini?" tanya Heru dengan seara yang sengaja dibuat-buat
Wina menatap Heru sejenak. 'Apa aku cerita sama Heru aja?' dan akhirnya Wina memutuskan untuk menceritakan semua pada Heru.
Pada saat Wina selesai bercerita pada Heru, tiba-tiba wajah Heru berubah marah.
"Jadi, kamu lebih pilih dia gitu?"
"Ck, bukan gitu Her. Kamu dengerin dulu dong."
"Dengerin apa lagi? Bukannya udah jelas? Kamu lebih pilih dia daripada aku!"
Inilah yang Wina todak suka dari Heru. Sejak zaman pacaran dulu, Heru terus saja salah paham dengan Wina.
Akhirnya, Wina sama sekali tidak bisa menjelaskan apapun pada Heru. Sepertinya malam ini, Wina harus tidur dikamar tamu.
***