Chereads / The History About Us. / Chapter 76 - Bagian 75.

Chapter 76 - Bagian 75.

Keesokan harinya, Alex terkesan buru-buru pergi ke kantor. Ia ingin segera menyelesaikan

salah paham-yang mungkin saja terjadi dan meminta penjelasan pada Rachel, atas apa yang dilihatnya tadi malam. Kemarin saat hendak pulang dari kantor, tiba-tiba salah satu klientnya meminta bertemu di sebuah restoran. Karena Alex orangnya 'gila kerja' terutama kalau sedang ada pikiran, maka ia pun langsung menyetujuinya.

Tanpa disangka, ternyata Rachel juga berada disana bersama Ibunya. Yang lebih mengejutkan adalah orang yang ditemui mereka, yang ternyata itu adalah Satria dan Bu Jia. Salah satu staf keuangan dikantornya, sekaligus kepala bagian Rachel di kantor. Mau tidak mau, segala pikiran buruk atas mereka terus muncul mengganggu Alex.

Saat tiba di loby kantornya, kebetulan sekali ia bertemu dengan Rachel. Awalnya Rachel ingin menghindar, tetapi ia keduluan perintah Alex yang menyuruhnya untuk segera menemuinya yang menjadi alasannya untuk tidak menolak. Belum lagi disana terdapat banyak staf lain yang membuat Rachel tidak bisa menolak.

Jadi disinilah Rachel sekarang, berdiri dihadapan Alex sambil menatap kosong ke depan. Laki-laki dihadapannya sampai tidak bisa berbuat apa-apa karena sikap dingin Rachel.

"Duduk."

Satu kata yang dengan susah payah Alex keluarkan.

"Terimakasih. Saya berdiri saja. Ada yang bisa saya bantu pak Alex?"

Alex tersenyum miris mendengar gadis yang ia cintai memanggilnya dengan sebutan 'pak'. Sebutan yang paling ia benci. Alex tahu kalau Rachel sengaja melakukan hal itu agar dirinya dibenci olehnya.

"Soal kemarin, apa kamu serius?"

Ada sedikit expresi sedih saat Alex berkata kemarin, di wajah Rachel. Tapi ia dengan cepat mengubahnya.

"Sangat-"

Ucapan Rachel terhenti, karena pintu ruangan Alex terbuka dan Claudi pun masuk.

"Kalian lagi ngobrolin apa sih, kok serius banget?"

"Oke Rachel, saya rasa cukup penjelasannya. Sekarang kamu boleh pergi." kata Alex dengan expresi yang sulit untuk ditebak.

Sebenarnya Rachel agak terkejut dengan sikap Alex. Jauh di dalam hatinya, ia ingin Alex menahannya, memohon untuk tidak pernah menyerah padanya.

Sebelum pergi, Rachel membungkuk hormat pada Alex dan Claudi. Dapat Rachel lihat dengan jelas, kalau Alex meladeni Claudi dengan wajah yang tersenyum. Diam-diam Rachel mengelap air mata yang jatuh. Dan hal itu dilihat dengan jelas oleh Claudi.

'Rachel nangis? Ada apa nih?'

***

Hari semakin sore, jam pulang kantor sudah 30 menit yang lalu. Saat ini di divisi keuangan hanya ada Jia yang sedang bekerja lembur. Saat ia hendak bangun dari duduknya, pandangannya langsung tertuju pada seorang gadis yang baru saja tiba di depan mejanya.

"Maaf mau cari siapa ya, bu?"

"Bisa bicara sebentar?" tanya Claudi to the point

Setelah mendapat anggukan dari Jia, Claudi segera duduk dihadapan Jia.

"Kamu bisa jadi mata-mata saya?"

Hal itu mengngagetkan untuk Jia. Masalahnya bukan cuma Claudi, tapi calon Papa mertuanya juga. 'Ada apa dengan semua orang?' pikir Jia.

Selagi Jia berpikir, Claudi mengeluarkan sebuah bungkusan berwarna coklat.

"Uang ini buat kamu, kalau kamu mau."

Melihat amplop uang tersebut, tiba-tiba Jia langsung menerima tawaran tersebut.

"Jadi siapa yang harus saya mata-matai?"

"Rachel."

Seketika itu pun Jia menuesali pilihannya.

***

Hari ini Rachel keluar dari gedung kantornya agak terlambat 15 menit dari biasanya. Dan pada saat keluar, ia mendapati sebuah kejanggalan. Di depan loby sudah ada Satria yang menunggunya sambil duduk diatas motpr sportnya. Entah apa yang ada dipikiran Rachel, hingga gadis itu menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyuman.

Ketika Satria melihat Rachel, ia pun tersenyum lalu melambaikan tangan padanya. Tepat pada saat itu ada Alex yang ingin masuk kedalam mobil. Melihat Rachel yang sedang tersenyum sambil melambaikan tanggan, membuat Alex secara otomatis ikut melakukan gerakan yang sama dengan yang Rachel lakukan.

Kemudian Rachel segera berlari kearah mereka. Tapi sangat disayangkan, Rachel justru berlari melawati Alex. Laki-laki itu hanya bisa tersenyum miris melihat gadis yang ia cintai kini bersama dengan laki-laki lain. Saat ia akan kembali masuk ke mobilnya, ia mengingat sesuatu.

"Satria?"

***